Abstrak
Kurikulum mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mewujudkan generasi yang berguna untuk nusa dan bangsa yang
memiliki sifat tanggungung jawab,kreatif,ahli,dan menjadi pribadi yang
inovativ. Kurikulum dapat di ibaratkan jantung pendidikan. Pendidikan merupakan
ujung tombak kemajuan sebuah bangsa. Bangsa akan menjadi maju apabila memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas atau bermutu tinggi. Dalam hal ini
kurikulum memainkan peran yang sangat dalam mewujudkan generasi yang handal,
kreatif, inovatif,dan menjadi pribadi pribadi yang bertanggung jawab. Namun
demikian perkembangan kurikulum sering kali menemukan banyak masalah yang
memerlukan pertimbangan dan pemecahan tersendiri. Demi mewujudkan kualitas
pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman,perlu adanya upayan
penyempurnaan kurikulum. Kurikulum yang terakhir diterapakan adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan( KTSP) sebagai pengganti Kurikulu Berbasis
Kompetensi(KBK).dan tahun ajaran 2013 giliran KTSP diperbaharui dengan
kurikulum 2013. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal
35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan kualitas pendidikan nasiaonal.
Kata kunci : kurikulum
1.
Pendahuluan
Istilah
pendidikan sudah tidak asing lagi bagi banyak orang,namun meskipun demikian
tidak banyak juga yang mengerti tentang apa itu kurikulum. Kurikulum pada
mulanya dari kata “curir” yang berarti “pelari” dan “curere” yang bermakna
“tempat berpacu” yang dapat diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh pelari
mulai dari “start” sampai “finish” untuk memperoleh mendali (dalam
Mida,2013:13). Pengertian kurikulum senantiasa berkembang sejalan dengan
perkembangan teori dan ukuran suatu praktik pendidikan,jika dikaitkan dengan
dunia pendidikan kurikulum mempunyai konsep meliputi: (a) Sebagai subtansi,
yang dipandang sebagai rencana pembelajaran bagi siswa atau seperangkat tujuan
yang ingin dicapai; (b) Sebagai sistem, merupakan bagian dan sistem
persekolahan,pendidikan dan bahkan masyarakat; (c) Sebagai bidang studi,
merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu
tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Kurikulum tidak
ada begitu saja dan kemudian keberadaannya juga dibiarkan begitu saja,namun
kurikulum perlu disusun dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman yang ada. Karena
pada dasarnya istilah kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah mata
pelajaran saja, tetepi mencangkup semua pengalaman belajar (learning
experiences) yang dialami secara langsung oleh siswa dan mempengaruhi
pribadinya.Pengertian kurikulum juga sering dikaitkan dengan beberapa dimensi
seperti, dimensi ide, dimensi rencana, dimensi aktifitas, dan dimensi hasil.
Bagi siswa kurikulum berfungsi sebagai alat
pendidikan yang harus mengarahkan setiap
peserta didik agar mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan,juga sebagai
alat pendidikan untuk menghasilkan
pribadi-pribadi yang utuh,selain itu kurikulum juga harus mampu mempersiapkan
peserta didik untuk ke jenjang selanjutnya supaya peserta didik memiliki
kesempatan untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan minat dan
bakat, memahami dan menerima potensi dan kelemahan yang dimilikinya.
Dalam
pendidikan formal kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dan
menentukan rangka pencapaian tujuan pendidikan. Sering kali dilakukan inovasi
kurikulum untuk mengembangkan dan memperbiki kurikulum. Tetapi terlalu
seringnya inovasi dilakukan mengakibatkan dampak positif dan negatif,seperti
kita tau kurikulum memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
pendidikan. Terjadinya pembaharuan pendidikan pada umumnya mempunyai
kecenderungan mengemban misi untuk memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapi.
Namun demikian
perkembangan kurikulum seringkali menemukan banyak masalah yang seringkali
memerlukan pertimbangan dan pemecahan tersendiri. Semua masalah tersebut
disebabkan oleh berbagai kondisi yang ada,disesuaikan dengan tuntutan yang
ada,yang didesuaikan dengan tuntutan dan prinsip kebutuhan yang perlu dipenuhi.
Dalam perkembangan sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan
pembaharuan dan perbaikan kurikulum yang tidak lain semuanya bertujuan mencapai
hasil yang maksimal.
1.
Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Seperti kita
tahu Indonesia sudah sering sekali melakukan perubahan kurikulum dalam
pelaksanaan sistem pendidikan nasional, hal ini sangat berpengaruh terhadap
kualitas pendidikan nasional itu sendiri. Pembaharuan-pembaharuan dilakukan
demi mencapai kemaksimalan dalam kualitas pendidikan di Indonesia dari
kurikulum priode penjajahan Belanda, kurikulum priode penjajahan jepang,
kurikulum pasca kemerdekaan, kurikulum priode 1964, kurikulum priode 1968,
kurikulum priode 1975 kurikulum priode 1984, kurikulum priode 1994, kurikulum
berbasis kompetensi, kurikulum tingkat satuan pelajaran dan yang sedang hangat
diperbincangkan kurikulum 2013 (dalam Mida,2013:37).
Dari sini kita
akan tahu seberapa besar pengaruh perubahan kurikulum terhadap kualiatas
pendidikan nasional kita, saya tidak akan membahas dari awal sejarah
perkembangan kurikulum di Indonesia. Saya mengambil sempel di sepuluh tahun
terakhir ini, yang sudah mengalami tiga kali perubahan kurikulum dari KBK
menuju KTSP dan beralih menjadi Kurikulum 2013.
2.
Perubahan Kurikulum Sepuluh Tahun Terakhir di Indonesia
Kurikulum
Berbasis Kompetensi (2004-2006) Sebagai respon terhadap perubahan struktural
dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik ada konsekuensi
logis dilaksanakannya UU No.22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
Sehingga dikembangkan kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan
peforma yang ditetapkan.
Pendidikan
mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat komprtensi
yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum
berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran. Kompetensi merupakan
pengetahuan,keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara
konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten
dalam arti memiliki pengetahuan,keterampilan,dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan sesuatu (Puskur, 2002:55)
Awal 2006 uji
coba KBK dihentikan munculah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) kurikulum
yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
disusun oleh Badan Standar Nasional
pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) nomer 22,23, dan 24 tahun 2006. Kurikulum tingkat satuan
pendidikan adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Dalam hal ini lembaga diberi
kewengangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri,maju dan berkembang
berdasarkan kebijakan strategi manajemen pendidikan yang ditetapkan pemerintah
dan ini merupakan kelebihan KTSP dari kurikulum sebelumnya. KTSP diharapkan
mampu menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas
budaya dan bangsanya.
KTSP merupakan
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan olrh masing-masing satuan
pendidikan KTSP terdiri atas tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan,
dan silabus. Dalam KTSP juga dikenal istilah Pengembangan Program. Pengembangan
program dalam KTSP meliputi, program tahunan, program semester, program modul
(pokok bahasan), program remidial serta program bimbingan konseling. Program
tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap mata pelajaran
yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Berdasarkan
pada teori belajar tuntas adalah jika peserta didik mampu menguasai kompetensi
atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.
Dan keberhasilan kelas dapat dilihat apabila peserta didik yang mencapai
minimal 65% sekurang-kurang 85% dari jumlah peserta didikyang ada dalam kelas
tersebut. Adapun pelaksanaan pembelajaran dalam KTSP adalah pre tes,pembentukan
kompetensi, dan pos tes.(dalam Mida,2013:47)
Selanjutnya
muncul Kurikulum 2013, Beberapa hal baru yang terdapat pada kurikulum 2013
mendatang diantaranya kurikulum 2013 bersifat tematik dan integratif berbasis
pada sains. Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang
antara sikap,keterampilan,dan pengetahuan,disamping cara pembelajaranya yang
holistik dan menyenangkan. Dimana proses pembelajarannya menekankan aspek
kognitif, afektif, psikomotorik, melalui penilaian berbasis tes dan portofolio
saling melengkapi. Pada kurikulum baru ini guru tidak lagi dibebani dengan
kewajiban membuat silabus pengajaran untuk setiap tahun.
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kurikulum
Menurut Soetopo
dan Soemanto (1991:40-41), terdapat sejumlah faktor yang dipandang mendorong
perubahan kurikulum yaitu bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari
kekuasaan kaum kolonialis, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat pesat, dan pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia.
Dengan merdekanya negara-negara tersebut ,
mereka mulai merencanakan adanya perubahan
yang cukup penting didalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.
Disatu pihak perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang di
ajarkan sekolah menghasilkan teori-teori lama dengan sendirinya mendorong timbulnya
perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum, hal ini juga
menunjukan bahwa cara atau pendekatan yang telah digunakan selama ini perlu
ditinjau kembali dan bila perlu dirubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan
pendidikan yang semakin besar.
Kurikulum dapat pula mengalami perubahan bila
terdapat pendirian baru mengenai proses belajar,sehingga timbul bentuk-bentuk
kurikulum seperti activity atau experice curriculum, programmedinstruction,
pengajaran modul, dan sebagainya.
4.
Berbagai Masalah Kurikulum
Kurikulum
senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, agar peserta out put
dan peserta didik juga bisa dengan mudah menyesuaikan dengan perkembagan yang
ada. Ada 4 (empat) masalah yang sering dihadapi meliputi masalah umum seperti,
bidang cakupan, relevansi, artikulasi dan kemampuan transfer.
Pertama, J. G
Slayor dan W. M Alexander, sebagaimana dikutip Olivia (1992), berpendapat bahwa
:
“By scope is meant the breadth,variety, and
types of education experiences that are to be provieded pupils as they progress
through the programs”.
Untuk
menentukan bidang cakupan tersebut, para ahli digadapkan pada beberapa
permasalahan diantaranya: (a) pengorganisasian berbagai elemen dan hubungan
antar elemen; (b) pesatnya perkembangan iptek; (c) penetapan prosedur tujuan;
(d) pengambilan keputusan.
Kedua, B. O.
Smith (dalam Olivia,1992) menyampaikan bahwa:
”The
teacher is constantly asked: Why should I learn that? What is is the use of
studying history? Why should I be
required to take biology? The intent of these questions is to ask what
use one can make of them in everyday activities, only general answers are
possible. We can and do talk about the relevance of subject matter to the
decisions and activities that pupils will have make. We know among other
things,they must: (a) Choose and follow a vocation; (b) Exercise the tasks of
citizenship; (c) engaged in personal relationship; (d) take party in
culture-carrying activities. The questions of the relefance points to the
question of what is most assuredly useful”.
Dari kutipan
diatas kita bisa mengetahui relevansi atau kesesuaian merupakan suatu
peramasalahan lain yang cukup esensial dan harus mendapatkan perhatian serius
dalam pengembangan kurikulum. Ini dikerenakan kata relevansi itu sendiri
dikaitkan dengan masalah dunia kerja (vocation), kependudukan (citizenship),
hubungan antar pribadi (personal relationship) dan berbagai aktivitas
masyarakat lainnya yang menyangkut budaya, sosial, politik dan sebagainya. Akan tetapi meski
bagai manapun nampak jelas terlihat bahwa masalah relevansi berkembang menurut
kegunaan dan kebermaknaan suatu kurikulum bagi masyarakat dan bangsa, bahkan
bagi komunitas bangsa di sunia pada umumnya.
Ketiga,
Artikulasi diartikan sebagai pertautan antara kelompok elemen atau unsur lintas
tingkatan sekolah. Contohnya dapat dilihat antara SD dan SLTP, SLTP dan SMA,
erta SMA dan Perguruan Tinggi, yang juga tak lepas dalam dimensi sekuens
seperti halnya kontinuitas. Oliver (olivia,1992) menjelaskan pengertian artikulasi
sebagia “artikulasi horizontal” atau “korelasi”, sedangkan kontinuitas sebagai
“artikulasi vertical”. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa antara
sekuens, kontinuitas, dan artikulasi terdapat kaitan satu dengan yang lainnya.
Adapun artikulasi merupakan suatu rencana sekuens unit-unit materi pelajaran
secara lintas tingkat.
Keempat,
kemampuan trasfer. Pada hakikatnya sesuatu yang diberikan sekolah merupakan
“proses pentransferan nilai” yaitu apapun yang dipelajari di sekolah seharusnya
bisa diaplikasikan di luar sekolah, tatkala peserta didik sudah menamatkan
pendidikannya. Dengan demikian, proses pendidikan di luar sekolah harus dapat
memperkaya kehidupan peserta didiknya.
Para ahli
pendidikan seperti Thorndike, Daniel dan L. N. Tanner serta Taba menyepakati
bahwa jika guru hendak mentransfer nilai-nilai maka terlebih dahulu harus
diperhatikan prinsip-prinsip umum dari proses transfer yaitu: (a) Transfer
merupakan hati nurani pendidikan; (b) Proses transfer memungkinkan untuk
dilakukan; (c) Proses transfer dimalai dari situasi yang lebih dekat, ke
situasi luar kelas yang lebih jauh dan luas; (d) Hasil transfer akan lebih
bermakna (meaningful) jika guru membantu siswa dalam menderivasi, generalisasi,
serta menetapkan generalisasi tersebut; (e) Secara umum, dapat dikatakan bahwa
ketika siswa memperoleh pengetahuan bagi dirinya, proses transfer tersebut
telah berhasil.
Trnsferability
merupakan prinsip dari pengajaran dan sekaligus juga prinsip dari kurikulum itu
sendiri. Pada saat membicarakan metode mengajar
transferabality, berarti kita memasuki wilayah proses pengajaran. Pada
saat menganalisis hal yang di trasferkan, maka kita telah memasuki ranah
kurikulum. Oleh karena itu, para pengembang kurikulum menentukan tujuan,
menyeleksi isi atau materi, dan memilih strategi pengajaran yang mengarah pada
pendayagunaan proses transfer secara maksimal. Selanjutnya, dalam perencanaan
evaluasi kurikulum juga harus dimasukan ukuran tingkat transfer dari berbagai
sigmen dalam kurikulum.
Beberapa
Masalah Khusus dalam kaitannya dengan
pengembangan kurikulum, beberapa masalah berikut perlu di pahami, yaitu: (a)
Masalah yang berhubungan dengan tujuan dan hasil-hasil kurikulum yang
diharapkan oleh sekolah; (b) Masalah yang berhubungan denagn organisasi
kurikulum; (c) Masalah yang berhubungan dengan proses penyusunan dan revisi
kurikulum.
5.
Kesimpulan
Berdasarkan
paparan diatas dapat kita ketahui bahwa kurikulum adalah sesuatu yang sangat
vital dalam pendidikan.oleh karena itu kurikulum harus senantiasa menyesuaikan
diri dengan perkembangan zaman. Namun demikian perkembnagan kurikulum
seringkali menemukan banyak masalah yang memerlukan pertimbnagan dan pemecahan
tersendiri.
Dalam
perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia kurikulum sudah beberapa kali
diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang semua itu tujuannya adalah
tidak lain untuk perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang
maksimal. Dan tentu saja perubahan kurikulum tidak dilakukan secara sertameta.
Perubahan kurikulum dibutuhkan proses yang cukup panjang dan pemikiran yang matang.
Upaya penyempurnaan kurikulum tidak lain juga
demi mewujudkan sistem pendidikan nasional yang kompetitif dan relevan yang
senantiasa menjadi tuntutan. Hal ini sejalan dengan UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya
peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara
berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum yang terakhir diterapkan di sekolah
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebuah kurikulum operasional
pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan, sebagai pengganti dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
menerapkan kompetensi menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan peforma yang ditetapkan.
Dan kini tahun
ajaran 2013 giliran KTSP diperbaharui dengan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum 2013
yang bersifat tematik dan integratif
berbasis pada sains. Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang
berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan,disamping cara
pembelajaranya yang holistik dan menyenangkan. Dimana proses pembelajarannya
menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, melalui penilaian berbasis
tes dan portofolio saling melengkapi.
Tentunya dari
perkembangan kurikulum yang da banyak sekali ditemukan permasalahan-permaslahan
yang menyakut perkembangan kurikulum tersebut. Diantara masalah-maslah
tersebuat digolongkan menjadi masalah umum dan masalah khusus diamana dari dua
bagian itu masih terdapat sub-sub masalah lain yang perlu mendapatakan
perhatian lebih dari pemerintah dan pengembang kurikulum.
Daftar Pustaka
Anonim. 2003. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Anonim, 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan
Anonim, 2013. Materi Pelatihan PLPG. Konsep Tematik Scientific Authentic.
Dinas Pendidikan Nasional.
Anonim. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Anonim, 2013.
Kurikulum 2013. http://kampus.okezone.com/read/2013/01/07/373/742518/kurikulum-
2013.http://kompas.com. Diunduh pada hari Rabu 2 Juli 2013.
Anonim, 2013. Pedoman Pelatihan
Implementasi Kurikulum
2013.
Buku 1.
Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan
dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Amri, Sofan
dan Ahmadi, Iif Khoiru.
2010. Konstruksi
Pengembangan
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. 2009. Membangun Profesionalisme Guru
dan Pengawas Sekolah. Surabaya: Yrama Widya
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Creswell, John
W. 2010.
Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Terjemahan Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djamarah, S B. 2007. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dryden, Gordon and Vos, Jeanette. 2009. Revolusi Cara Belajar (The Learning Rebolution). Bagian II: Sekolah Masa Depan. Terjemahan: Ahmad Baiquni. Bandung: Mizan Media Utama
Hamalik, Omar. 2007. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Hamalik, Omar. 2011.
Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara
Harsono. 2008.
Model-Model Pengelolaan Perguruan Tinggi Perspektif
Sosiopolitik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan
Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Bandung
Hidayat, Sholeh. Kesiapan
Guru
Menyongsong
Kurikulum
2013. http://www.untirta.ac.id/berita-501-artikel--kesiapan-guru-menyonsong- kurikulum-2013.html. Diunduh pada hari Sabtu, 5 Agustus 2013.
Ismail. 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang:
Rasail Media Group
Kurniawati. 2013. Konsep Dasar Pembelajaran
Tematik. http://uukurniawati.wordpress.com/2013/05/17/konsep-dasar-
pembelajaran-tematik/. Diunduh pada hari Sabtu, 5 Agustus 2013.
Mantja, W. 2007. Etnografi: Desain Penelitian Manajemen Pendidikan. Malang: IKIP Malang.
Marsigit. Tantangan dan Harapan Kurikulum 2013 Bagi Pendidikan Matematika.
Makalah. Seminar Nasional
Matematika
dan Pendidikan
Matematika. Yogyakarta, Selasa 18 Juni 2013
Moleong, L., J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Purwanto, Ngalim.
2004. Psikologi
Pendidikan.
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Puskur 2006
Rochaeti, E. & Rahayuningsih, Pontjorini. 2005. Sistem Informasi
Manajemen
Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Sagala, Syaiful. 2006.
Konsep dan Makna Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.
Sobur,
Alex. 2009. Psikologi Umum dalam
Lintasan Sejarah. Bandung: CV
Pustaka Setia
Spradley, J.,
P. 2006.
Metode Etnografi, Pengantar: DR.
Amri
Marzali MA.
Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Sugiyono. 2012.
Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sutama. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.
Surakarta: Fairuz Media
Sutirjo
dan Sri Istuti
Mamik.
2005.
Tematik: Pembelajaran
Efektif dalam
Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia Publishing
Sutopo, H., B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Tercapainya dalam
Penelitian. Surakarta: UNS.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syafaruddin, Alwi. 2005.
Manajamen Sumber Daya Manusia, Strategi
Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta: BPFE
Syaodih dan Ibrahim. 2013. Perencanaan Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta. Tilaar, H., A. 2012. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Uno, H. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif.
Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Moh. Uzer.
2011. Menjadi
Guru
Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Yamin, Martinis
&
Maisah 2009. Manajemen
Pembelajaran
Kelas: Strategi
Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jakarta: GP Press
Yeni, Nurma. 2008. Penerapan Metode Tematik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Kelas I-III di SD Muhammadiyah
Demangan Yogyakarta. Skripsi. Tidak terpublikasi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Zain, A dan
Djamarah, S.,
B. 2010. Strategi Belajar
Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
0 comments:
Posting Komentar