ABSTRAK
Definisi Teknologi Pendidikan
menurut AECT 2004, “Educational technology is the study and ethical
practice of facilitating learning and improving performence by creating, using,
and managing appropriate technological processes
and resources “. Teknologi pendidikan adalah studi dan etika
praktik dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan
cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan dan mengelola proses dan
sumber-sumber teknologi yang tepat.”
Revolusi Industri (RI) 4,0 jelas
berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Mau tak mau, senang tak senang, kita
harus membuka diri menerima perubahan dari RI 4,0 ini. Untuk membuka diri
menerima perubahan, tentu dibutuhkan persiapan-persiapan. Walaupun hasil riset
Bank Dunia menyatakan bahwa kondisi negara kita sangat tertinggal, serta era
Revolusi Industri 4,0 telah bergulir, hal tersebut harus membuat kita sebagai bangsa
Indonesia terlecut dan optimis untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan bagi
kesejahteraan bangsa ini.
Sektor pendidikan secara langsung
maupun tidak langsung akan banyak berperan dalam revolusi industri 4,0 ini.
Sehingga perubahan pada sistem pendidikan tidak bisa menunggu lama, terutama
pada tatanan perguruan tinggi. Perubahan dan persiapan yang dilakukan pada
sektor pendidikan seperti yang dikemukakan Menristekdikti salah satunya adalah
sumber daya manusia (SDM), yaitu dosen dan peneliti serta perekayasa. Hal ini
tentu karena beliau membawahi jenjang pendidikan tinggi.
PENDAHULUAN
Saat ini kita disibukkan dengan
berita persiapan pemerintah menghadapi Revolusi Industri
4.0, yang sebenarnya sudah terjadi dengan maraknya ekspansi dunia
digital dan internet ke kehidupan masyarakat. Beberapa aktivitas
yang sudah dilakukan pada Revolusi Industri 4,0 di Indonesia yaitu
perubahan yang membuat aktifitas kita lebih efektif dan efisien diantaranya
adalah perubahan cara bayar dari cash ke non cash kemudian
transfer dana yang menggunakan aplikasi mobile atau m-banking,
penggunaan internet yang awalnya untuk mencari informasi dan berkirim pesan
telah bertransformasi menjadi internet of things (mencari
teman, shareinfo, bekerja, belanja, dll), cara belanja sistem online, tersedianya
transportasi umum dengan aplikasi online baik untuk mengangkut
manusia maupun barang atau makanan, cara pembayaran tol yang non cash,
mulainya pembelajaran dengan buku digital, dan lain-lain.
Secara etimologi, revolusi adalah
perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang mempengaruhi kehidupan corak
manusia. Dalam Wikipedia, revolusi industri adalah
perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Sementara pengertian revolusi
industri pada adalah
perubahan yang radikal dan cepat terhadap perkembangan manusia dalam
menciptakan peralatan kerja untuk meningkatkan hasil indistri atau produksi.
Istilah revolusi industri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste
Engels pada pertengahan abad ke-19. Sekarang ini kita telah melalui 3
tahap/masa revolusi industri dan sedang berada pada revolusi industri 4.
PEMBAHASAN
PERAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM
REVOLUSI INDUSTRI 4,0
Definisi Teknologi Pendidikan
menurut AECT 2004, “Educational technology is the study and
ethical practice of facilitating learning and improving performence by
creating, using, and managing appropriate technological processes
and resources “. Teknologi pendidikan adalah studi dan
etika praktik dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja
dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan dan mengelola proses dan
sumber-sumber teknologi yang tepat.”
Definisi AECT 2004 ini menerangkan
pembelajaran dipusatkan pada siswa (student center learning), guru
berfungsi sebagai fasilitator dan motivator dalam meningkatkan proses belajar siswa.
Hal ini sesuai dengan definisi Teknologi Pendidikan sebagai studi dan etika
praktek untuk menfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui
penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi.
Definisi ini mengalami pembaharuan atau pemantapan pada 2008. Berikut ini
dijelaskan konsep istilah yang dipakai dalam definisi TP AECT 2008, yaitu:
a. Study
Studi diartikan sebagai kumpulan informasi dan analisis melalui traditional
conceptions of research. Penelitian merupakan ujung tombak atau generator dari
lahirnya ide-ide baru dan proses evaluatif untuk meningkatkan praktek. Studi
juga dimaknai sebagai pemahaman teoritis dari praktek teknologi pendidikan yang
diperlukan untuk perkembangan dan perbaikan ilmu pengetahuan melalui penelitian
dan refleksi.
b. Ethical Practice
Etika praktek mengacu pada standar etika praktis sebagaimana yang
didefinisikan oleh Komite Etika AECT tentang apa saja yang harus dilakukan oleh
praktisi Teknologi Pendidikan. Definisi teknologi pendidikan saat ini mulai
mepertimbangkan etika praktek sebagai sesuatu yang penting untuk
mencapai kesuksesan, karena tanpa hal tersebut sukses adalah hal yang mustahil
dicapai.
c. Facilitating
Hadir sebagai akibat adanya pergeseran paradigma pembelajaran yang
memberikan peran dan tanggung jawab lebih besar kepada peserta didik sehingga
peran teknologi pendidikan berubah menjadi pemfasilitasi. Memfasilitasi
meliputi mendesain lingkungan belajar, pengorganisasian sumber belajar, dan
menyediakan alat media untuk belajar. Kegiatan belajar dapat berlangsung
melalui tatap muka (face to face) atau berlangsung di lingkungan virtual atau
yang disebut sebagai distance learning.
d. Learning
Learning (pembelajaran) selain berkenaan dengan ingatan juga berkenaan
dengan pemahaman. Tugas pembelajaran dapat dikategorikan berdasarkan pada
berbagai taksonomi, dimana tujuan dari pembelajaran/pendidikan adalah adanya
pemahaman sebagai retensi pengetahuan.
e. Improving
Berkaitan dengan peningkatan kualitas produk yang menyebabkan pembelajaran
lebih efektif, perubahan dalam kapabilitas yang membawa dampak pada aplikasi
dunia nyata. Pada lingkup teknologi pendidikan, untuk meningkatkan (improve)
kemampuan mengharuskan untuk memenuhi tuntutan keefektivan seperti: kualitas
produk sebagai hasil proses pembelajaran, produk pembelajaran yang efektif, dan
kemampuan pebelajar yang dapat diaplikasikan di dunia nyata.
f. Performance
Berkaitan dengan kesanggupan peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan
kemampuan yang baru didapatkannya. Selanjutnya, ide dan media (tools) dari
teknologi pendidikan dapat membantu pendidik (guru) dan desainer pembelajaran
untuk meningkatkan performance agar dapat mengorganisasikan dan
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
g. Creating, Using, Managing
Creating (penciptaan) mengacu pada penelitian, teori dan praktek dalam
pembuatan materi pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan sistem pembelajaran
dalam beberapa setting yang berbeda, formal dan nonformal. Using (pemanfaatan)
mengacu pada teori dan praktek yang terkait dengan membawa peserta didik
berhubungan dengan kondisi dan sumber belajar. Managing (pengelolaan) berkaitan
dengan manajemen perorangan dan manajemen informasi yang mengacu pada masalah pengorganisasian
orang-orang dan perencanaan, pengendalian, penyimpanan dan pengolahan
informasi.
h. Appropriate
Appropriate (tepat) digunakan untuk
menjelaskan kata teknologi yang tepat pada proses dan sumber daya, yang
menandakan kecocokan dan kesesuaian dengan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai.
i. Technological
Teknologi mengandung arti aplikasi sistematis atau ilmu atau pengetahuan
yang terorganisir untuk tugas-tugas praktis. Teknologi yang dimaksud dapat
berupa software maupun hardware yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
j. Processes
Dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang diarahkan pada hasil
yang spesifik. Teknologi pendidikan seringkali mngidentifikasikan proses
sebagai aktivitas desain, pengembangan, dan menghasilkan sumber belajar, yang
tergolong sebagai proses dalam arti luas dari teknologi pendidikan.
k. Resources
Sumber daya telah diperluas dengan inovasi teknologi dan dengan
pengembangan pemahaman baru mengenai bagaimana alat-alat teknologi dapat membantu
peserta didik belajar. Sumber belajar dapat berupa orang, media/alat,
teknologi, dan materi yang didesain untuk membantu pebelajar.
Definisi dan kawasan Teknologi
Pendidikan mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu mengikuti perubahan
kondisi, mengganti dengan yang lebih “matang” dan kontekstual. Definisi
Teknologi pendidikan dimulai dari tahun 1963, 1970, 1972,
1977, 1994, dan 2004 yang diperbaharui pada tahun 2008.
Berdasarkan hal tersebut, sesungguhnya Teknologi Pendidikan selalu membuka
diri mengikuti perubahan dan perkembangan jaman. Karena pada hakikatnya
teknologi pendidikan adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan pemecahan
masalah belajar yang berlandaskan pada serangkaian prinsip dan menggunakan
berbagai macam pendekatan. Masalah belajar itu terdapat di mana saja dan pada
siapa saja (orang maupun organisasi, kapan saja, dan mengenai apa saja). Jadi,
dengan adanya revolusi industry 4,0 ini, seharusnya para teknolog pendidikan
sudah siap berperan.
Terkait dengan berbagai perubahan dan perkembangan dalam berbagai disiplin
ilmu dan teknologi, Robert Reiser (professor di bidang Instructional
system and learning technologies), menunjukkan terdapat 10 trend yang akan
mempengaruhi bidang teknologi pendidikan dan sekaligus menjadi tantangan bagi
para teknolog pendidikan, yaitu:
1.
Tuntutan untuk terjadinya peningkatan kinerja (Performance Improvement)
yang terus menerus dalam dunia kerja
2.
Berkembangnya aliran psikologi konstruktivistik (Constructivism)
dalam dunia pendidikan
3.
Berkembangnya konsep “manajemen pengetahuan“ (Knowledge Management)
4.
Berkembangnya suatu sistem yang menyediakan para pekerja berbagai akses
pada informasi dan alat yang mendukung kinerja pada saat dibutuhkan (Performance
Support) (diadaptasi dari Nyugen, dalam Reiser & Dempsey, 2012)
5.
Berkembangnya model pembelajaran yang berbasis internet (Online Learning)
6.
Berkembangnya konsep “belajar informal” (Informal Learning)
7.
Berkembangnya beragam jenis media sosial (Social Media)
8.
Berkembangnya ragam dan format software permainan yang
bermuatan pendidikan (Educational Games)
9.
Belajar Sain
10. Berkembangnya konsep dan teknologi
yang memungkinkan pembelajaran dilakukan secara mobile (Mobile Learning)
Perkembangan Revolusi Industri
REVOLUSI 1,0 .Terjadi pada abad ke 18. Revolusi generasi pertama melahirkan
sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin.
Penemuan-penemuan teknologi yang menggantikan fungsi manusia
seperti penemuan mesin uap (James Watt), lokomotif (Richard
Trevethiek), kereta api penumpang (George Stepenson), kapal perang dengan mesin
uap (Robert Fulton), telpon ( Alexander Graham Bell) dan lain-lain
yang berbasis manufaktur. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengerek
naik perekonomian walaupun penggunaan uap untuk menggerakkan mesin
yang berbahan bakar kayu atau batu bara disebut teknik kuno untuk
saat ini.
REVOLUSI 2.0. Terjadi pada abad 19 yang ditandai dengan penggunaan teknik baru berupa
mesin bermotor yang berbahan bakar listrik atau bensin. Munculnya pembangkit
tenaga listrik dan motor memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat
terbang, dan lain-lain yang mengubah wajah dunia secara signifikan.
REVOLUSI 3,0. Terjadi pada abad 20, ditandai dengan penggunaan teknik kimia-hayati
berbahan atom atau nuklir serta kemunculan teknologi digital dan internet.
REVOLUSI 4,0. Pada revolusi Industri 4,0 teknologi informasi telah menjadi basis dalam
kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan
penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited),
karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang masif
sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin.
Terobosan teknologi penyokong Revolusi Industri keempat antara lain kecerdasan
buatan (artificial intelligence/AI), perkembangan robotika, "the
Internet of Things", realitas maya (virtual reality/VR), dan
mesin cetak tiga dimensi. Kecerdasan buatan dapat diaplikasikan
untuk telepon seluler, otomotif, juga persenjataan. Profesor Klaus Schwab
sebagai penggagas World Economic Forum (WEF) melalui bukunya The Fourth
Industrial Revolution menyatakan, revolusi ini secara fundamental
dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu dengan
yang lain. Revolusi industri keempat digadang-gadang mampu meningkatkan laju
mobilitas informasi, efisiensi organisasi industri, dan membantu meminimalisasi
kerusakan lingkungan.
Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) 2018 di
Davos-Klosters, Swiss, membawa pesan penting mengenai Revolusi Industri Keempat
(Industry 4.0) sebagai babak baru yang akan mengubah segala lini kehidupan
manusia melalui perkembangan teknologi. WEF memandang setidaknya terdapat
delapan isu kunci terkait "Industry 4.0", yaitu disrupsi atau
gangguan dalam pekerjaan; inovasi dan daya produksi; ketimpangan; cerdas
kelola; keamanan dan konflik; disrupsi bisnis; kepaduan teknologi; serta isu
etnis dan identitas.
Revolusi Industri (RI) 4,0 jelas
berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Mau tak mau, senang tak senang, kita
harus membuka diri menerima perubahan dari RI 4,0 ini. Untuk membuka diri
menerima perubahan, tentu dibutuhkan persiapan-persiapan. Walaupun hasil riset
Bank Dunia menyatakan bahwa kondisi negara kita sangat tertinggal, serta era
Revolusi Industri 4,0 telah bergulir, hal tersebut harus membuat kita sebagai
bangsa Indonesia terlecut dan optimis untuk melakukan perubahan ke arah
perbaikan bagi kesejahteraan bangsa ini.
Sektor pendidikan secara langsung
maupun tidak langsung akan banyak berperan dalam revolusi industri 4,0 ini.
Sehingga perubahan pada sistem pendidikan tidak bisa menunggu lama, terutama
pada tatanan perguruan tinggi. Perubahan dan persiapan yang dilakukan pada
sektor pendidikan seperti yang dikemukakan Menristekdikti salah satunya adalah
sumber daya manusia (SDM), yaitu dosen dan peneliti serta perekayasa. Hal ini
tentu karena beliau membawahi jenjang pendidikan tinggi.
Persiapan SDM di jenjang pendidikan lain juga harus disiapkan juga, yaitu
para guru pendidikan dasar dan menengah, bahkan para instruktur atau tutor
dibidang pendiidkan luar sekolah. Perubahan ini memang bukan hal yang mudah
karena dibutuhkan kesungguhan komitmen dan dukungan penuh dari pemerintah,
pihak akademisi juga kontribusi masyarakat.
Dalam dunia pendidikan sendiri
terdapat empat revolusi yang terjadi karena adanya masalah yang tidak teratasi
dengan cara yang ada sebelumnya, tetapi dilain pihak juga menimbulkan masalah
baru. Masalah – masalah itu dibatasi pada masalah utama, yaitu “belajar”.
Menurut Sir Eric Ashby (1972) revolusi dibagi dibagi menjadi 4 yaitu :
a.
Revolusi pertama, terjadi karena orang tua atau keluarga tidak
mampu lagi membelajarkan anak-anaknya sendiri sehingga menyerahkan tanggung
jawab itu kepada orang lain yang secara khusus diberi tanggung jawab untuk
mendidik.
b.
Revolusi kedua, karena guru ingin memberikan pelajaran kepada
lebih banyak anak didik dengan cara yang lebih cepat sehingga kegiatan
pendidikan dilembagakan dengan berbagai ketentuan yang dibakukan.
c.
Revolusi ketiga, ditemukannya mesin cetak yang memungkinkan
tersebarnya informasi iconic dan numericdalam
bentuk buku dan media cetak lain, sehingga guru dapat membelajarkan lebih
banyak lagi dan lebih cepat lagi. Buku hingga saat ini masih dianggap sebagai
media utama di samping guru untuk kegiatan pendidikan.
d.
Revolusi keempat, berlangsung dengan perkembangan yang pesat di
bidang elektronik. Dalam revolusi ini, mulai disadari bahwa tidaklah mungkin
bagi guru untuk memberikan semua ajaran yang diperlukan, karena yang lebih
penting adalah mengajar anak didik tentang bagaimana belajar. Belajar tersebut
dapat menggunakan berbagai sumber sebagai “akibat” dari perkembangan media
elektronik, seperti radio, televisi, tape, dan lain-lain, yang mampu menembus
batas geografis, sosial, dan politis secara lebih intens lagi daripada media
cetak. Pesan-pesan dapat lebih cepat, lebih bervariasi, serta berpotensi untuk
lebih berdaya guna bagi si penerima. Pada revolusi keempat ini, pendidikan
mulai difokuskan pada mengajar anak didik tentang bagaimana belajar dan ajaran selanjutnya
akan diperoleh si pembelajar sepanjang usia hidupnya melalui sumber dan saluran
atau media/sumber belajar.
Sebagai “dokter” dalam hal
pembelajaran, teknolog pendidikan sangat berperan dalam revolusi pendidikan
yang terjadi. Terutama pada revolusi pendidikan ketiga dan lebih khusus lagi
pada revolusi keempat. Pada tahap keempat ini fungsi guru bukan lagi sebagai
sentral dalam pembelajaran atau teacher-centered, namun berubah
menjadi students-centered dimana guru menjadi fasilitator bagi
penyediaan kebutuhan belajar peserta didik dalam upayanya melaksanakan
“bagaimana belajar” dengan menyiapkan sumber dan media pembelajaran, yang
diperuntukan bukan saja bagi peserta didik di sekitarnya melainkan juga yang
jarak keberadaannya jauh secara fisik.
Berdasarkan pemaparan Menristekdikti
bahwa terdapat 5 elemen penting yang akan dilaksanakan dalam
menghadapi Revolusi Industri 4,0 serta adanya 5 standar kompetensi
bagi teknolog pendidikan, maka dalam hal ini peran dan kontribusi
Teknologi Pendidikan dalam Revolusi Industri 4,0 sangat besar. Para teknolog
pendidikan betul-betul harus meningkatkan dan menguasai kompetensinya dengan
baik, apabila ingin berkontribusi dalam Revolusi Industri ini.
Secara rinci, Teknolog pendidikan
diantaranya harus dapat menganalisa kebutuhan pebelajar, memilih dan menetapkan
strategi pembelajaran yang tepat (blended learning, online, face to face dengan
berbagai model pembelajaran), memilih, menetapkan dan mendesain
modul atau bentuk bahan pembelajaran sesuai strategi yang ditetapkan, pemanfaatan
sumber belajar secara tepat dan maksimal, implementasi model
pembelajaran berbasis web dan internet, mendukung penerapan regulasi (baru)
terkait model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan revolusi industri
4,0, mengelola sistem informasi pendidikan terbaru dan termutakhir, melakukan
evaluasi dan analisis masalah proses dan hasil pembelajaran.
PENUTUP
Sebagai sebuah disiplin ilmu terapan
(applied science), Teknologi Pendidikan akan terus mengikuti dan
mengadopsi berbagai perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
termasuk bidang teknologi informasi dan komunikasi. Kondisi ini sekaligus
menuntut para teknolog pendidikan untuk terus mempelajari berbagai perubahan
tersebut dan mengaplikasikannnya untuk memfasilitasi peserta didik dalam
memecahkan masalah belajar dan meningkatkan kinerjanya. Sasaran peningkatan
kinerja yang paling besar dalam pendidikan adalah guru, karena peserta didik
hanya mengikuti sistem pendidikan yang diterapkan. Disamling itu, para teknolog
pendidikan pun memiliki dua konsekuensi yang harus dihadapi, yaitu:
Pertama, secara pribadi harus mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan
tersebut untuk dapat eksis dan berkonstribusi positif terhadap berbagai
perubahan, khusunya dalam bidang teknologi pendidikan.
Kedua, sebagai profesional, harus terus mengembangkan profesionalitasnya
agar dapat menciptakan berbagai inovasi belajar dan pembelajaran yang efektif
sebagai solusi atas permasalahan belajar yang akan dihadapi oleh para
pebelajar. Untuk menghadapi tantangan tersebut, sejumlah kompetensi, harus
terus dikuasai dan dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. & Darmawan, D. (2017). Teknologi Pendidikan. Bandung : Rosda.
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Darmawan, Deni. (2011). Teknologi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
_______________. (2014). Inovasi pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
______________. (2016). Pengembangan E Learning, Teori dan Desain.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Daryanto, Karim. 2017. Pembelajaran
Abad 21. Yogyakarta: Gava Media.
Majid. (2012). Jurnal Mobile Learning : Bandung : UPI
Mayer. (2009). Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta : Gaung
Persada
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Warsito,
B. (2008). Teknologi Pembelajaran landasan dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta
http://suaramu.id/2018/03/08/guru-bagi-generasi-milenial-di-era-revolusi-industri-4-0/
0 comments:
Posting Komentar