Sabtu, 12 Februari 2022

PERAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN PADA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

 ABSTRAK

Definisi Teknologi Pendidikan menurut  AECT 2004, “Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performence by creating, using, and managing appropriate technological processes and  resources “. Teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktik dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat.”

Revolusi Industri (RI) 4,0 jelas berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Mau tak mau, senang tak senang, kita harus membuka diri menerima perubahan dari RI 4,0 ini. Untuk membuka diri menerima perubahan, tentu dibutuhkan persiapan-persiapan. Walaupun hasil riset Bank Dunia menyatakan bahwa kondisi negara kita sangat tertinggal, serta era Revolusi Industri 4,0 telah bergulir, hal tersebut harus membuat kita sebagai bangsa Indonesia terlecut dan optimis untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan bagi kesejahteraan bangsa ini.

Sektor pendidikan secara langsung maupun tidak langsung akan banyak berperan dalam revolusi industri 4,0 ini. Sehingga perubahan pada sistem pendidikan tidak bisa menunggu lama, terutama pada tatanan perguruan tinggi. Perubahan dan persiapan yang dilakukan pada sektor pendidikan seperti yang dikemukakan Menristekdikti salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM), yaitu dosen dan peneliti serta perekayasa. Hal ini tentu karena beliau membawahi jenjang pendidikan tinggi. 

 

 

PENDAHULUAN

 

Saat ini kita disibukkan dengan berita persiapan pemerintah menghadapi  Revolusi Industri 4.0,  yang sebenarnya sudah terjadi dengan maraknya ekspansi dunia digital dan internet ke kehidupan masyarakat.  Beberapa aktivitas yang sudah dilakukan pada Revolusi Industri  4,0 di Indonesia yaitu perubahan yang membuat aktifitas kita lebih efektif dan efisien diantaranya adalah  perubahan cara bayar dari cash ke non cash kemudian transfer dana yang menggunakan aplikasi mobile atau m-banking, penggunaan internet yang awalnya untuk mencari informasi dan berkirim pesan telah bertransformasi menjadi internet of things (mencari teman, shareinfo, bekerja, belanja, dll), cara belanja sistem online,  tersedianya transportasi umum dengan aplikasi online baik untuk mengangkut manusia maupun barang atau makanan, cara pembayaran  tol yang non cash, mulainya pembelajaran dengan buku digital, dan lain-lain. 

Secara etimologi, revolusi adalah perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang mempengaruhi kehidupan corak manusia.  Dalam  Wikipedia, revolusi industri adalah perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Sementara pengertian revolusi industri pada adalah perubahan  yang radikal dan cepat terhadap perkembangan manusia dalam menciptakan peralatan kerja untuk meningkatkan hasil indistri atau produksi. Istilah revolusi industri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste Engels pada pertengahan abad ke-19. Sekarang ini kita telah melalui 3 tahap/masa revolusi industri dan sedang berada pada revolusi industri 4.

 

PEMBAHASAN

PERAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4,0

 

Definisi Teknologi Pendidikan menurut  AECT 2004, “Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performence by creating, using, and managing appropriate technological processes and  resources “. Teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktik dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat.”

Definisi AECT 2004 ini menerangkan pembelajaran dipusatkan pada siswa (student center learning), guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator dalam meningkatkan proses belajar siswa. Hal ini sesuai dengan definisi Teknologi Pendidikan sebagai studi dan etika praktek untuk menfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi. Definisi ini mengalami pembaharuan atau pemantapan pada 2008. Berikut ini dijelaskan konsep istilah yang dipakai dalam definisi TP AECT 2008, yaitu:

a.      Study

Studi diartikan sebagai kumpulan informasi dan analisis melalui traditional conceptions of research. Penelitian merupakan ujung tombak atau generator dari lahirnya ide-ide baru dan proses evaluatif untuk meningkatkan praktek. Studi juga dimaknai sebagai pemahaman teoritis dari praktek teknologi pendidikan yang diperlukan untuk perkembangan dan perbaikan ilmu pengetahuan melalui penelitian dan refleksi.

b.      Ethical Practice

Etika praktek mengacu pada standar etika praktis sebagaimana yang didefinisikan oleh Komite Etika AECT tentang apa saja yang harus dilakukan oleh praktisi Teknologi Pendidikan. Definisi teknologi pendidikan saat ini mulai mepertimbangkan etika praktek sebagai sesuatu yang penting  untuk mencapai kesuksesan, karena tanpa hal tersebut sukses adalah hal yang mustahil dicapai.  

c.       Facilitating

Hadir sebagai akibat adanya pergeseran paradigma pembelajaran yang memberikan peran dan tanggung jawab lebih besar kepada peserta didik sehingga peran teknologi pendidikan berubah menjadi pemfasilitasi. Memfasilitasi meliputi mendesain lingkungan belajar, pengorganisasian sumber belajar, dan menyediakan alat media untuk belajar. Kegiatan belajar dapat berlangsung melalui tatap muka (face to face) atau berlangsung di lingkungan virtual atau yang disebut sebagai distance learning.

d.      Learning

Learning (pembelajaran) selain berkenaan dengan ingatan juga berkenaan dengan pemahaman. Tugas pembelajaran dapat dikategorikan berdasarkan pada berbagai taksonomi, dimana tujuan dari pembelajaran/pendidikan adalah adanya pemahaman sebagai retensi pengetahuan.

 

 

e.       Improving

Berkaitan dengan peningkatan kualitas produk yang menyebabkan pembelajaran lebih efektif, perubahan dalam kapabilitas yang membawa dampak pada aplikasi dunia nyata. Pada lingkup teknologi pendidikan, untuk meningkatkan (improve) kemampuan mengharuskan untuk memenuhi tuntutan keefektivan seperti: kualitas produk sebagai hasil proses pembelajaran, produk pembelajaran yang efektif, dan kemampuan pebelajar yang dapat diaplikasikan di dunia nyata. 

f.        Performance

Berkaitan dengan kesanggupan peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan kemampuan yang baru didapatkannya. Selanjutnya, ide dan media (tools) dari teknologi pendidikan dapat membantu pendidik (guru) dan desainer pembelajaran untuk meningkatkan performance  agar dapat mengorganisasikan dan mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

g.      Creating, Using, Managing

Creating (penciptaan) mengacu pada penelitian, teori dan praktek dalam pembuatan materi pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan sistem pembelajaran dalam beberapa setting yang berbeda, formal dan nonformal. Using (pemanfaatan) mengacu pada teori dan praktek yang terkait dengan membawa peserta didik berhubungan dengan kondisi dan sumber belajar. Managing (pengelolaan) berkaitan dengan manajemen perorangan dan manajemen informasi yang mengacu pada masalah pengorganisasian orang-orang dan perencanaan, pengendalian, penyimpanan dan pengolahan informasi.

h.      Appropriate

Appropriate (tepat) digunakan untuk menjelaskan kata teknologi yang tepat pada proses dan sumber daya, yang menandakan kecocokan dan kesesuaian dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

i.         Technological

Teknologi mengandung arti aplikasi sistematis atau ilmu atau pengetahuan yang terorganisir untuk tugas-tugas praktis. Teknologi yang dimaksud dapat berupa software maupun hardware yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

j.        Processes

Dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang diarahkan pada hasil yang spesifik. Teknologi pendidikan seringkali mngidentifikasikan proses sebagai aktivitas desain, pengembangan, dan menghasilkan sumber belajar, yang tergolong sebagai proses dalam arti luas dari teknologi pendidikan.

k.       Resources

Sumber daya telah diperluas dengan inovasi teknologi dan dengan pengembangan pemahaman baru mengenai bagaimana alat-alat teknologi dapat membantu peserta didik belajar. Sumber belajar dapat berupa orang, media/alat, teknologi, dan materi yang didesain untuk membantu pebelajar.

 

Definisi dan kawasan Teknologi Pendidikan mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu mengikuti perubahan kondisi, mengganti dengan yang lebih “matang” dan kontekstual. Definisi Teknologi pendidikan  dimulai dari tahun 1963, 1970,  1972, 1977, 1994, dan 2004 yang diperbaharui pada tahun 2008.

Berdasarkan hal tersebut, sesungguhnya Teknologi Pendidikan selalu membuka diri mengikuti perubahan dan perkembangan jaman. Karena pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan pemecahan masalah belajar yang berlandaskan pada serangkaian prinsip dan menggunakan berbagai macam pendekatan. Masalah belajar itu terdapat di mana saja dan pada siapa saja (orang maupun organisasi, kapan saja, dan mengenai apa saja). Jadi, dengan adanya revolusi industry 4,0 ini, seharusnya para teknolog pendidikan sudah siap berperan. 

Terkait dengan berbagai perubahan dan perkembangan dalam berbagai disiplin ilmu dan teknologi, Robert Reiser (professor di bidang Instructional system and learning technologies), menunjukkan terdapat 10 trend yang akan mempengaruhi bidang teknologi pendidikan dan sekaligus menjadi tantangan bagi para teknolog pendidikan, yaitu:

1.      Tuntutan untuk terjadinya peningkatan kinerja (Performance Improvement) yang terus menerus dalam dunia kerja

2.      Berkembangnya aliran psikologi konstruktivistik (Constructivism) dalam dunia pendidikan

3.      Berkembangnya konsep “manajemen pengetahuan“ (Knowledge Management)

4.      Berkembangnya suatu sistem yang menyediakan para pekerja berbagai akses pada informasi dan alat yang mendukung kinerja pada saat dibutuhkan (Performance Support) (diadaptasi dari Nyugen, dalam Reiser & Dempsey, 2012)

5.      Berkembangnya model pembelajaran yang berbasis internet (Online Learning)

6.      Berkembangnya konsep “belajar informal” (Informal Learning)

7.      Berkembangnya beragam jenis media sosial (Social Media)

8.      Berkembangnya ragam dan format software permainan yang bermuatan pendidikan (Educational Games)

9.      Belajar Sain

10.  Berkembangnya konsep dan teknologi yang memungkinkan pembelajaran dilakukan secara mobile (Mobile Learning)

 

Perkembangan Revolusi Industri

 

REVOLUSI 1,0 .Terjadi pada abad ke 18. Revolusi generasi pertama melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Penemuan-penemuan teknologi yang menggantikan fungsi manusia seperti  penemuan mesin uap (James Watt), lokomotif  (Richard Trevethiek), kereta api penumpang (George Stepenson), kapal perang dengan mesin uap (Robert Fulton), telpon ( Alexander Graham Bell)  dan lain-lain yang berbasis manufaktur. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengerek naik perekonomian  walaupun penggunaan uap untuk menggerakkan mesin yang  berbahan bakar kayu atau batu bara disebut teknik kuno untuk saat ini.

REVOLUSI 2.0. Terjadi pada abad 19 yang ditandai dengan penggunaan teknik baru berupa mesin bermotor yang berbahan bakar listrik atau bensin. Munculnya pembangkit tenaga listrik dan motor memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lain-lain yang mengubah wajah dunia secara signifikan.

REVOLUSI 3,0. Terjadi pada abad 20, ditandai dengan penggunaan teknik kimia-hayati berbahan atom atau nuklir serta kemunculan teknologi digital dan internet.

REVOLUSI 4,0. Pada revolusi Industri 4,0 teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Terobosan teknologi penyokong Revolusi Industri keempat antara lain kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), perkembangan robotika, "the Internet of Things", realitas maya (virtual reality/VR), dan mesin cetak tiga dimensi.  Kecerdasan buatan dapat diaplikasikan untuk telepon seluler, otomotif, juga persenjataan. Profesor Klaus Schwab sebagai penggagas World Economic Forum (WEF) melalui bukunya The Fourth Industrial Revolution menyatakan, revolusi ini secara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan  satu dengan yang lain. Revolusi industri keempat digadang-gadang mampu meningkatkan laju mobilitas informasi, efisiensi organisasi industri, dan membantu meminimalisasi kerusakan lingkungan.

            Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) 2018 di Davos-Klosters, Swiss, membawa pesan penting mengenai Revolusi Industri Keempat (Industry 4.0) sebagai babak baru yang akan mengubah segala lini kehidupan manusia melalui perkembangan teknologi. WEF memandang setidaknya terdapat delapan isu kunci terkait "Industry 4.0", yaitu disrupsi atau gangguan dalam pekerjaan; inovasi dan daya produksi; ketimpangan; cerdas kelola; keamanan dan konflik; disrupsi bisnis; kepaduan teknologi; serta isu etnis dan identitas.

Revolusi Industri (RI) 4,0 jelas berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Mau tak mau, senang tak senang, kita harus membuka diri menerima perubahan dari RI 4,0 ini. Untuk membuka diri menerima perubahan, tentu dibutuhkan persiapan-persiapan. Walaupun hasil riset Bank Dunia menyatakan bahwa kondisi negara kita sangat tertinggal, serta era Revolusi Industri 4,0 telah bergulir, hal tersebut harus membuat kita sebagai bangsa Indonesia terlecut dan optimis untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan bagi kesejahteraan bangsa ini.

Sektor pendidikan secara langsung maupun tidak langsung akan banyak berperan dalam revolusi industri 4,0 ini. Sehingga perubahan pada sistem pendidikan tidak bisa menunggu lama, terutama pada tatanan perguruan tinggi. Perubahan dan persiapan yang dilakukan pada sektor pendidikan seperti yang dikemukakan Menristekdikti salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM), yaitu dosen dan peneliti serta perekayasa. Hal ini tentu karena beliau membawahi jenjang pendidikan tinggi. 

Persiapan SDM di jenjang pendidikan lain juga harus disiapkan juga, yaitu para guru pendidikan dasar dan menengah, bahkan para instruktur atau tutor dibidang pendiidkan luar sekolah. Perubahan ini memang bukan hal yang mudah karena dibutuhkan kesungguhan komitmen dan dukungan penuh dari pemerintah, pihak akademisi juga kontribusi masyarakat.

Dalam dunia pendidikan sendiri terdapat empat revolusi yang terjadi karena adanya masalah yang tidak teratasi dengan cara yang ada sebelumnya, tetapi dilain pihak juga menimbulkan masalah baru. Masalah – masalah itu dibatasi pada masalah utama, yaitu “belajar”. Menurut Sir Eric Ashby (1972) revolusi dibagi dibagi menjadi 4 yaitu :

a.       Revolusi pertama, terjadi karena orang tua atau keluarga tidak mampu lagi membelajarkan anak-anaknya sendiri sehingga menyerahkan tanggung jawab itu kepada orang lain yang secara khusus diberi tanggung jawab untuk mendidik.

b.      Revolusi kedua, karena guru ingin memberikan pelajaran kepada lebih banyak anak didik dengan cara yang lebih cepat sehingga kegiatan pendidikan dilembagakan dengan berbagai ketentuan yang dibakukan.

c.       Revolusi ketiga, ditemukannya mesin cetak yang memungkinkan tersebarnya informasi iconic dan numericdalam bentuk buku dan media cetak lain, sehingga guru dapat membelajarkan lebih banyak lagi dan lebih cepat lagi. Buku hingga saat ini masih dianggap sebagai media utama di samping guru untuk kegiatan pendidikan.

d.      Revolusi keempat, berlangsung dengan perkembangan yang pesat di bidang elektronik. Dalam revolusi ini, mulai disadari bahwa tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan semua ajaran yang diperlukan, karena yang lebih penting adalah mengajar anak didik tentang bagaimana belajar. Belajar tersebut dapat menggunakan berbagai sumber sebagai “akibat” dari perkembangan media elektronik, seperti radio, televisi, tape, dan lain-lain, yang mampu menembus batas geografis, sosial, dan politis secara lebih intens lagi daripada media cetak. Pesan-pesan dapat lebih cepat, lebih bervariasi, serta berpotensi untuk lebih berdaya guna bagi si penerima. Pada revolusi keempat ini, pendidikan mulai difokuskan pada mengajar anak didik tentang bagaimana belajar dan ajaran selanjutnya akan diperoleh si pembelajar sepanjang usia hidupnya melalui sumber dan saluran atau media/sumber belajar.

 

Sebagai “dokter” dalam hal pembelajaran, teknolog pendidikan sangat berperan dalam revolusi pendidikan yang terjadi. Terutama pada revolusi pendidikan ketiga dan lebih khusus lagi pada revolusi keempat. Pada tahap keempat ini fungsi guru bukan lagi sebagai sentral dalam pembelajaran atau teacher-centered, namun berubah menjadi students-centered dimana guru menjadi fasilitator bagi penyediaan kebutuhan belajar peserta didik dalam upayanya melaksanakan “bagaimana belajar” dengan menyiapkan sumber dan media pembelajaran, yang diperuntukan bukan saja bagi peserta didik di sekitarnya melainkan juga yang jarak keberadaannya jauh secara fisik.

Berdasarkan pemaparan Menristekdikti bahwa terdapat 5 elemen penting yang akan dilaksanakan dalam menghadapi  Revolusi Industri 4,0 serta adanya 5 standar kompetensi bagi teknolog pendidikan,  maka dalam hal ini peran dan kontribusi Teknologi Pendidikan dalam Revolusi Industri 4,0 sangat besar. Para teknolog pendidikan betul-betul harus meningkatkan dan menguasai kompetensinya dengan baik, apabila ingin berkontribusi dalam Revolusi Industri ini.

Secara rinci, Teknolog pendidikan diantaranya harus dapat menganalisa kebutuhan pebelajar, memilih dan menetapkan strategi pembelajaran yang tepat (blended learning, online, face to face dengan berbagai model pembelajaran),  memilih, menetapkan dan mendesain modul atau bentuk bahan pembelajaran sesuai strategi yang ditetapkan,   pemanfaatan sumber belajar secara tepat dan  maksimal, implementasi model pembelajaran berbasis web dan internet, mendukung penerapan regulasi (baru) terkait model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan revolusi industri 4,0, mengelola sistem informasi pendidikan terbaru dan termutakhir, melakukan evaluasi dan analisis masalah proses dan hasil pembelajaran.

 

 

PENUTUP

 

Sebagai sebuah disiplin ilmu terapan (applied science), Teknologi Pendidikan akan terus mengikuti dan mengadopsi berbagai perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk bidang teknologi informasi dan komunikasi. Kondisi ini sekaligus menuntut para teknolog pendidikan untuk terus mempelajari berbagai perubahan tersebut dan mengaplikasikannnya untuk memfasilitasi peserta didik dalam memecahkan masalah belajar dan meningkatkan kinerjanya. Sasaran peningkatan kinerja yang paling besar dalam pendidikan adalah guru, karena peserta didik hanya mengikuti sistem pendidikan yang diterapkan. Disamling itu, para teknolog pendidikan pun memiliki dua konsekuensi yang harus dihadapi, yaitu:

Pertama, secara pribadi harus mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut untuk dapat eksis dan berkonstribusi positif terhadap berbagai perubahan, khusunya dalam bidang teknologi pendidikan.

Kedua, sebagai profesional, harus terus mengembangkan profesionalitasnya agar dapat menciptakan berbagai inovasi belajar dan pembelajaran yang efektif sebagai solusi atas permasalahan belajar yang akan dihadapi oleh para pebelajar. Untuk menghadapi tantangan tersebut, sejumlah kompetensi, harus terus dikuasai dan dikembangkan.

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Abdulhak, I. & Darmawan, D. (2017). Teknologi Pendidikan. Bandung : Rosda.

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Darmawan, Deni. (2011). Teknologi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

_______________.     (2014). Inovasi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

______________.   (2016). Pengembangan E Learning, Teori dan Desain. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Daryanto, Karim. 2017. Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava Media.

Majid. (2012). Jurnal Mobile Learning : Bandung : UPI

Mayer. (2009). Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta : Gaung Persada

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Warsito, B. (2008). Teknologi Pembelajaran landasan dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta

 

https://economy.okezone.com/read/2018/01/29/320/1851695/revolusi-industri-ke-4-di-depan-mata-ini-perjalanannya

http://suaramu.id/2018/03/08/guru-bagi-generasi-milenial-di-era-revolusi-industri-4-0/

http://sumberdaya.ristekdikti.go.id/index.php/2018/01/30/era-revolusi-industri-4-0-saatnya-generasi-millennial-menjadi-dosen-masa-depan/

 

0 comments:

Posting Komentar