BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konsep kepemimpinan merupakan komponen
fundamental dalam menganalisis proses dan dinamika di dalam organisasi. Untuk
itu banyak kajian dan diskusi yang membahas definisi kepemimpinan yang justru
membingungkan. Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai
berikut. “Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh
seorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan,
mengarahkan, dan kalau perlu mamaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh
tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu
tujuan tertentu yang telah ditetapkan” (Tati Rosmiati dan Dedi Achmad Kurniadi,
2009:125).
Musbikin (2013:8)
menyebutkan pengertian seorang pemimpin atau disebut juga dengan kepala sekolah
dalam sebuah lingkungan pendidikan dasar dan menengah, yaitu seorang tenaga fungsional
guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah dimana
diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana diselenggarakan
proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Dari pengertian di atas
dapat difahami bahwa kepala sekolah memiliki peran lebih dibandingkan dengan
guru.
Sekolah adalah pemimpinan yang yang menjalankan perannya dalam memimpin
sekolah sebagai lembaga pendidikan, Kepala Sekolah berperan sebagai pemimpin
pendidikan. Secara umum kepemimpinan pendidikan dapat diartikan sebagai
kepemimpinan yang diterapkan dalam bidang pendidikan, pengertian dari
kepemimpinan itu sendiri pada dasarnya mempunyai sifat yang umum dan hal itu
juga dapat berlaku dalam bidang pendidikan. Secara lebih khusus bila diterapkan
pada organisasi pendidikan seperti sekolah, maka kepemimpinan pendidikan dalam
tataran organisasi sekolah akan berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah
(school leader/principal), hal ini disebabkan kepala sekolah merupakan orang
yang punya otoritas dalam mengelola sekolah guna mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan factor penting yang dapat memberi
makna dan kesatuan tujuan antara pemimpin, staf, siswa, orang tua siswa serta
masyarakat secara keseluruhan. Kepemimpinan tidak hanya berbicara apa yang
dilakukan pemimpin namun juga berkaitan dengan bagaimana pemimpin membuat
orang/pegawai nyaman dan bersemangat dalam bekerja dan dalam organisasi itu
sendiri.
Berdasarkan
pemaparan di atas, penulisan ini lebih menekankan pada: Membangun jiwa
enterpreneurship dalam kepemimpinan pendidikan perspektif agama
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana membangun
jiwa enterpreneurship dalam kepemimpinan pendidikan perspektif agama ?
C. Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum : untuk
menemukan konsep membangun jiwa enterpreneurship dalam kepemimpinan
pendidikan perspektif agama
- Tujuan Khusus
a. Untuk
mengkaji membangun jiwa enterpreneurship dalam kepemimpinan pendidikan
perspektif agama.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat
teoritis : untuk menambah khazanah konsep teori membangun jiwa enterpreneurship
dalam kepemimpinan pendidikan perspektif
agama
2.
Manfaat Praktis : untuk
memberikan pemahaman tentang membangun jiwa enterpreneurship dalam kepemimpinan
pendidikan perspektif agama
E. Metode Penulisan
Dalam
penulisan ini, penulis menggunakan metode kepustakaan yakni metode yang
digunakan untuk pencarian data atau pengamatan secara mendalam terhadap tema
yang diteliti hanya berdasarkan karya tertulis termasuk hasil penelitian baik
yang telah maupun yang belum dipublikasikan dan metode analisis contens.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematikan penulisan dalam makalah ini adalah
terdiri dari empat bab, yaitu:
1. Bab I terdiri
dari Pendahuluan, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
2. Bab II
terdiri dari landasan teori mengenai membangun jiwa enterpreneurship dalam
kepemimpinan pendidikan perspektif
agama
3. Bab III
terdiri dari pembahasan mengenai membangun jiwa enterpreneurship dalam
kepemimpinan pendidikan perspektif
agama
4. Bab IV
terdiri dari kesimpulan yakni kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Kepemimpinan adalah kemampuan seni mempengaruhi tingkah laku manusia dan
kemampuan untuk membimbing beberapa orang untuk mengkordinasikan dan
mengarahkan dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk dapat menggerakkan
beberapa orang pelaksana, seorang pemimpin harus memiliki kelebihan
dibandingkan orang yang dipimpinnya misalnya kelebihan dalam menggunakan
pikirannya, rohaniah, dan badaniah. Agar dapat menggunakan kelebihanya
tersebut, seorang pemimpin suatu organisasi difasilitasi dengan apa yang
disebut dengan tugas dan wewenang.
"Kepemimpinan" melibatkan hubungan pengaruh yang
mendalam, yang terjadi di antara orang-orang yang menginginkan perubahan
signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama
oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan). Pengaruh (influence) dalam hal
ini berarti hubungan di antara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu
yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan.
Dengan demikian kepemimpinan itu sendiri merupakan proses yang saling
mempengaruhi.
Pendapat tersebut di
atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ralp M. Stogdill bahwa "Kepemimpinan"
adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir
menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Sondang P.
Siagian, Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua
sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi.
Menurut Sopyan Sauri
kepemimpinan yang berpengaruh dan efektif adalah kepemimpinan yang memiliki ruh
kepemimpinan. Ruh kepemimpinan dalam mengelola bidang apapun, terlebih dalam
pendidikan, dapat mewujudkan dengan mengembangkan six value system (enam sistem
nilai) berikut :
1.
Teologocal value (nilai teological value (nilai teologis) yaitu nilai-nilai
yang berbasis pada wahyu ilahi atau dalili-dalil yakni al-quran, hadis, da
ijtihad para ulama.
2.
Fisic and psicological value (nilai fisik/psikologi) yaitu : yaitu nilai-nilai yang berbasis pada hokum
alam semesta
3.
Logical value (nilai logika) yakni nilai-nilai yang berbasis pada akal
pikioran manusia.
4.
Etical value ( nilai etika) yaitu
nilai yang berbasis pada nilai kebaikan
5.
Estetical value (nilai estetika) yaitu nilai yang berbasis pada nilai
keindahan
6.
Teleological value (nilai kemanfaatan) yaitu nilai-nilai yang lebih
mengedepankan unsur-unsur manfaat.
Apabila keenam nilai tersebut tumbuh dalam jiwa kepemimpinan seseorang maka
dapat dipastikan pemimpin tersebut memiliki sifat-sifat beriman, bertakwa,
tawakal, cerdas, jujur, adil, amanah/tanggungjawab, disiplin, ikhlas.
(Sauri, 2017 : 166-168)
Entrepreneur berasal dari bahasa perancis entreprende
yang berarti “to undertake “ between-taker, go-between (perantara). Dalam
bahasa Indonesia Istilah entrepreneur sering juga disebut dengan wiraswasta
atau wirausahawan, dan istilah entrepreneurship diartikan sebagai kewirausahaan
atau kewiraswastaan yang artinya keberanian, kesungguhan, dan keseriusan dalam
memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya. Menurut Kasmir (2014:19)
wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berani mengambil resiko untuk
membuka sebuah usaha dalam berbagai kesempatan.
Adapun mengenai kepemimpinan entrepreneur, Hitts,
Ireland, dan Hoskisson dalam Uhar Suharsaputra (2016:91) menyebutkan bahwa:
“Entrepreneurial Leadership... as the entrepreneur’s ability to anticipate,
envision, maintain flexibility, think strategically, and work whith others to
changes that will create a viable future for the organization”
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian kepemimpinan entrepreneurship adalah kepemimpinan seorang kepala
sekolah yang mempunyai kemampuan mengantisipasi perubahan, yang mampu
menunjukkan dengan jelas visi yang ingin diwujudkan, berfikir strategis,
fleksibel, yang mampu mengantisipasi perubahan, serta berorientasi pada masa
depan.
Entrepreneur dalam konteks pendidikan berarti bahwa
kepala sekolah mampu menggunakan kekuasaannya sebagai alat untuk mengeluarkan
kebijakan yang mampu memandirikan sekolah yang dipimpinnnya serta bebas dari
keterikatan dengan lembaga lain. Seorang entrepreneur dalam konteks pendidikan
akan berupaya bagaimana mewujudkan sekolah yang mandiri tidak bergantung dengan
lembaga lain, sekolah yang mampu melahirkan lulusan-lulusan yang unggul serta
mampu mandiri tidak menjadi beban masyarakat.
Mulyasa (2015:189) menjelaskan jiwa entrepreneurship bisa
dimiliki oleh setiap peserta didik manakala lingkungan sekolah mampu
membiasakan peserta didik untuk berfikir kreatif dan inovatif sebagai dasar,
kiat dan kekuatan untuk memanfaatkan peluang menuju sukses. Menurut Hisrich et
al dalam Uhar suharsaputra (2016:189) entrepreneurship adalah proses, dimana
diciptakan sesuatu yang berbeda yang bernilai, dengan jalan mengorbankan waktu
dan upaya yang diperlukan, dimana orang menanggung resiko finansial,
psikologis, serta sosial, dan orang yang bersangkutan menerima hasil-hasil
berupa imbalan moneter, dan kepuasan pribadi sebagai dampak kegiatan itu”
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diketahui
unsur-unsur yang dapat membentuk kewirausahaan adalah 1) sikap mental, 2)
kepemimpinan, 3) manajemen, dan 4) keterampilan. Kepala sekolah yang memiliki
jiwa entrepreneur memiliki tujuan-tujuan yang diintegrasikan dalam visi dan
misi, tujuan, dan rencana strategis sekolah secara realistik, sesuai dengan
kemampuan, kondisi dan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah guna
dapat mendukung tercapainya visi sekolah.
Membangun jiwa enterpreneurship dalam kepemimpinan
pendidikan perspektif agama.
Islam memang tidak memberikan
penjelasan secara eksplisit terkait konsep tentang kewirausahaan
(entrepreneurship) ini, namun di antara keduanya mempunyai kaitan yang cukup
erat; memiliki ruh atau jiwa yang sangat dekat,
meskipun bahasa teknis yang digunakan berbeda. Dalam Islam digunakan
istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng. Setidaknya
terdapat beberapa ayat al-Qur’an maupun Hadis yang dapat menjadi rujukan pesan
tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini, antara lain :
1.
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan orang-orang yang beriman akan melihat
pekerjaan kamu” (Q.S. at-Taubah : 105).
2.
“Apabila shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia (rizki) Allah. “ (Q.S. al-Jumu’ah : 10)
3.
"Dia-lah yang menjadikan bumi itu mudah
bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari
rezekiNya. Dan hanya kepadaNya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan".
(QS. Al Mulk : 15)
4.
“Amal yang paling baik adalah
pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran keringatnya sendiri, ‘amalurrajuli biyadihi (HR.Abu Dawud)” ;
5.
“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”; “al yad al ‘ulya
khairun min al yad al sufla”( HR.Bukhari dan Muslim) (dengan bahasa
yang sangat simbolik ini Nabi mendorong umatnya untuk kerja keras supaya memiliki
kekayaan, sehingga dapat memberikan sesuatu pada orang lain),
6.
“Sesungguhnya bekerja mencari
rizki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah
fardlu” (HR.Tabrani dan Baihaqi).
Nash ini jelas memberikan
isyarat agar manusia bekerja keras dan hidup mandiri. Bekerja keras merupakan
esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras, menurut Wafiduddin, adalah
suatu langkah nyata yang dapat menghasilkan kesuksesan (rezeki), tetapi harus
melalui proses yang penuh dengan tantangan (reziko). Dengan kata lain, orang
yang berani melewati resiko akan memperoleh peluang rizki yang besar. Kata
rizki memiliki makna bersayap, rezeki sekaligus resiko.
Islam memberikan lima sendi yang
perlu diperhatikan oleh seorang pelaku
ekonomi/wirausaha dalam melakukan aktivitasnya.
Kelima sendi tersebut sebagai berikut :
1.
Aktivitas ekonomi harus dijadikan niatan amal soleh dan dijalankan dengan
ikhlas supaya memperoleh pahala dari
Allah swt. Hal tersebut dimaksudkan supaya : a). dalam pelaksanaannya tidak
mengalami kerugian sesuai denngan firman Allah ( QS. AlAsr : 1-3).; b) pada
akhirnya kita memperoleh kehidupan yang baik dan pahala yang lebih baik. Hal
isi sesuai firman Allah QS. AnNahl:97.
2.
Aktivitas ekeonomi yang kita jalankan harus dapat menjaga nama baik yaitu
harus dijalankan secara jujur tidak mengambil keuntungan dengan cara berdusta.
3.
Aktivitas ekonomi harus menjadikan kita bertambah ilmu
4.
Aktivitas ekonomi harus dijadikan ajang silaturrahmi
5.
Aktivitas ekonomi kita juga selain
menguntungkan diri sendiri kita, harus menguntungkan orang lain (Sauri, 2018 : 247-249)
Dalam sejarahnya Nabi Muhammad,
istrinya dan sebagian besar sahabatnya adalah para pedagang
dan entrepre mancanegara yang pawai. Beliau adalah praktisi ekonomi
dan sosok tauladan bagi umat. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah asing jika
dikatakan bahwa mental entrepreneurship inheren dengan jiwa umat
Islam itu sendiri. Bukanlah Islam adalah agama kaum pedagang, disebarkan ke
seluruh dunia setidaknya sampai abad ke -13 M, oleh para pedagang muslim.
Dari aktivitas perdagangan yang
dilakukan, Nabi dan sebagian besar sahabat telah meubah pandangan dunia bahwa
kemuliaan seseorang bukan terletak pada kebangsawanan darah, tidak pula pada
jabatan yang tinggi, atau uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan.Oleh karena
itu, Nabi juga bersabda “Innallaha yuhibbul muhtarif” (sesungguhnya Allah
sangat mencintai orang yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan). Umar
Ibnu Khattab mengatakan sebaliknya bahwa, “Aku benci salah seorang di antara
kalian yang tidak mau bekerja yang menyangkut urusan dunia.
Keberadaan Islam di Indonesia juga
disebarkan oleh para pedagang. Di samping menyebarkan ilmu agama, para
pedagang ini juga mewariskan keahlian berdagang khususnya kepada masyarakat
pesisir. Di wilayah Pantura, misalnya, sebagian besar masyarakatnya memiliki
basis keagamaan yang kuat, kegiatan mengaji dan berbisnis sudah menjadi satu
istilah yang sangat akrab dan menyatu sehingga muncul istilah yang sangat
terkenal jigang (ngaji dan dagang). Sejarah juga mencatat sejumlah
tokoh Islam terkenal yang juga sebagai pengusaha tangguh, Abdul Ghani Aziz,
Agus Dasaad, Djohan Soetan, Perpatih, Jhohan Soelaiman, Haji Samanhudi, Haji
Syamsuddin, Niti Semito, dan Rahman Tamin.
Apa yang tergambar di atas,
setidaknya dapat menjadi bukti nyata bahwa etos bisnis yang dimiliki oleh umat
Islam sangatlah tinggi, atau dengan kata lain Islam dan berdagang ibarat dua
sisi dari satu keping mata uang. Benarlah apa yang disabdakan oleh Nabi, “Hendaklah
kamu berdagang karena di dalamnya terdapat 90 persen pintu rizki” (HR. Ahmad).
Bagi umat Islam berdagang lebih
kepada bentuk Ibadah kepada Allah swt. Karena apapun yang kita lakukan harus
memiliki niat untuk beribadah agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat ini
akan mempermudah jalan kita mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat mengambil
barang dari tempat grosir dan menjual ditempatnya. Dengan demikian masyarakat
yang ada disekitarnya tidak perlu jauh untuk membeli barang yang sama. Sehingga
nantinya akan terbentuk patronage buying motive yaitu suatu motif
berbelanja ketoko tertentu saja.
Berwirausaha memberi peluang kepada
orang lain untuk berbuat baik dengan cara memberikan pelayanan yang cepat,
membantu kemudahan bagi orang yang berbelanja, memberi potongan, dll. Perbuatan
baik akan selalu menenangkan pikiran yang kemudian akan turut membantu
kesehatan jasmani. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam buku The Healing
Brain yang menyatakan bahwa fungsi utama otak bukanlah untuk berfikir, tetapi
untuk mengembaliakn kesehatan tubuh. Vitalitas otak dalam menjaga kesehatan
banyak dipengaruhi oleh frekwensi perbuatan baik.
BAB III
PEMBAHASAN
Untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan, kita dapat melakukan beberapa hal,
seperti:
a. Mengikuti pendidikan formal. Kini
berbagai lembaga pendidikan baik menengah maupun tinggi menyajikan berbagai
program atau paling tidak mata kuliah kewirausahaan
b. Mengikuti seminar-seminar
kewirausahaan. Berbagai seminar kewirausahaan seringkali diselenggarakan dengan
mengundang pakar dan praktisi kewirausahaan sehingga melalui media ini kita
akan membangun jiwa kewirausahaan di diri kita
c. Mengikuti pelatihan. Berbagai
simulasi usaha biasanya diberikan melalui pelatihan baik yang dilakukan dalam
ruangan (indoor) maupun di luar ruangan outdoor). Melalui pelatihan ini,
keberanian dan ketanggapan kita terhadap dinamika perubahan linghkungan akan
diuji dan selalu diperbaiki dan dikembabngkan
d. Otodidak. Melalui berbagai media
kita bisa menumbuhkan semangat berwirausaha. Misalnya melalui biografi
pengusaha sukses (sucess story), media televisi, radio majalah koran dan
berbagai media yang dapat kita akses untuk menumbuhkembangkan jiwa wirausaha
yang ada di diri kita. Melalui berbagai media tersebut ternyata setiap orang
dapat mempelajari dan menumbuhkan jiwa wirausaha.
Salah satunya upaya kepala sekolah entrepreneurship untuk kemandirian
pembiayaan adalah dengan memberdayakan wakaf, infaq, dan sedekah. Salah satunya
dengan memanfaatkan dana wakaf dengan pengelolaan dana wakaf yang baik, dana
wakaf akan tumbuh dan berkembang sehingga tidak mustahil mampu memberikan
kesejahteraan masyarakat sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Salah satu
bentuk pemberdayaan dana tersebut adalah dengan memanfaatkannya sebagai modal
penumbuhan udan pengembangan usaha.
Untuk menentukan jenis usaha yang akan dijalankan disekolah, kepala sekolah
entrepreneurshipharus mempertimbangkan terlebih dahulu jenis usaha apa yang
akan dibuka dengan mempertibangkan minat dan bakat, ketersediaan modal dan
waktu, keuntungan (laba) serta pengalaman. Kepala sekolah entrepreneurship dalam pelaksanaannya harus mampu
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah.
Tedjasutisna (2004) menyatakan bahwa
ciri-ciri kepala sekolah yang menerapkan kepemimpinan wirausaha ditunjukkan
oleh tabel 1 dibawah ini. Ciri-ciri tersebut, baik ciri generik maupun spesifik
pada dasarnya melihat kepemimpinan dan pemimpin entrepreneur/wirausaha pada apa
yang dikerjakannya atau pada performance (actual
performance), sehingga arahnya lebih menekankan pada best practices dari kerakter kinerja pemimpin wirausaha dan dalam
konteknya dengan dunia pendidikan.
Tabel
Ciri-ciri Kepala Sekolah dengan Kepemimpinan
Kewirausahaan
Ciri Generik |
· Berinisiatif untuk melakukan sesuatu bagi
kepentingan organisasi · Inovatif
kreatif dalam menjalankan tugas · Visioner dengan orientasi yang kuat ke masa
depan · Berfikir strategis · Mempunyai motivasi berprestasi yang kuat · Mandiri dan optimis · Berani mengambil resiko dalam melakukan sesuatu · Bertanggung jawab atas apa yang dilakukan,
tidak menyalahkan orang lain · Mampu berubah dan mengelola perubahan/manajemen
perubahan · Berani melakukan sesuatu meskipun berbeda dari
yang lain dan dari kebiasaan · Menjadi model dalam menjalankan tugas secara
baik · Belajar dan membelajarkan bawahan secara terus
menerus untuk meningkatkan kompetensi/kemampuan organisasi · Mencari dan memanfaatkan peluang secara efektif · Mendorong kreativitas pegawai/bawahan ·
Komunikatif
dan memberdayakan pegawai/bawahan |
Ciri Spesifik |
·
Memperkuat dan mengembangkan hubungan
dengan masyarakat serta Memberdayakan komite sekolah ·
Mentransformasikan aspirasi
siswa, guru, tenaga kependidikan serta komite sekolah ke dalam visi sekolah,
serta mensosialisasikannya kepada seluruh pemangku kepentingan pendidikan ·
Memfasilitasi Guru dan Tenaga
Kependidikan untuk meningkatkan kompetensi melalui diskusi, pelatihan dan
sekolah lanjut ·
Menjadi mitra Guru dalam
mengembangkan mutu proses pembelajaran ·
Aktif mencari informasi tentang
perkembangan ilmu khususnya ilmu di bidang kependidikan serta menerapkan
kebijakan dari superstruktur pendidikan secara kreatif ·
Memperkuat dan
mentransformasikan proses pembelajaran dengan menggunakan pengetahuan yang
terus berkembang ·
Berfokus pada memperbaiki
proses pendidikan/pembelajaran ketimbang menunggu hasil
pendidikan/pembelajaran |
Entrepreneurship dalam kontek pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk
mampu memberikan kebijakan-kebijakan yang mampu mendukung tercapainya tujuan
pendidikan. Sebuah kebijakan yang mampu memberikan nilai keunggulan sehingga
memiliki nilai jual (prestasi) tinggi dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain.
Oleh karena itu keberanian kepala sekolah dalam membuat sebuah kebijakan serta
kemampuannya dalam membaca peluang sangat menentukan keberhasilan kepala
sekolah entrepreneurship. Berikut ini (Mulyasa, 2015:26) beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan kepala sekolah dalam mengembangkan
entrepreneurship di lembaga pendidikan:
1.
Kemampuan dalam mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai.
2.
Berani menanggung resiko.
3.
Memiliki kompetensi managerial: merencanakan, mengorganisasi,
mengkoordinasi, melaksanakan dan mengevaluasi.
4.
Komitemen, kerja keras, cerdas, dan berorientasi pada tujuan.
5.
Kreatif dan optimis dalam mengembangkan hubungan baik dengan pelanggan,
tenaga kependidikan, guru, orang tua murid, masyarakat, dan dunia usaha yang
berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan usaha sekolah.
6.
Kemampuan menerima tantangan dengan penuh tanggung jawab atas keberhasilan
dan kegagalan.
7.
Transparansi dalam hal manajemen keuangan
Semua orang
yang mengerjakan hal yang sama dalam bentuk pekerjaan yang sama pasti tidak
akan menghasilkan hasil yang sama, bentuk pekerjaan yang sama menunjukan feature kinerja dan pendekatan dalam
pengelolaannya (Manajemen) adalah Performance
based performance management (manajemen kinerja perspektif kinerja). Sementara itu bila melihat
variasi hasil dari suatu bentuk kinerja titik beratnya melihat pada quality mutu kinerja atau pada bagaimana
kinerja itu dilakukan yang berimplikasi pada mutu hasil (produk atau jasa) dan
pendekatan pengelolaannya adalah Competency
based performance management (manajemen kinerja perspektif kompetensi)
Dalam konteks
kepemimpinan Kepala Sekolah, nampaknya arah dari pengembangan SDM Kepala
sekolah berorientasi pada Manajemen Kinerja perspektif Kompetensi, dimana berbagai aktualisasi
Kinerja yang harus diperankan oleh Kepala Sekolah mesti dipertahankan dan
ditingkatkan melalui upaya peningkatan Kompetensi baik secara individu maupun organisasi.
Hal ini tercermin dari Permen 13 tahun
2007, tentang Standar Kepala Sekolah yang di dalamnya memuat berbagai
Kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah dalam menjalankan Perannya
sebagai Manajer dan Pemimpin Pendidikan pada suatu Satuan Pendidikan. Satu
diantaranya adalah. Kompetensi Kewirausahaan :
1.
Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.
2.
Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai
organisasi pembelajar yang efektif.
3.
Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
4.
Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala
yang dihadapi sekolah/madrasah. 3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam
mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar
peserta didik.
Melihat kompetensi-kompetensi sebagaimana dikemukakan di atas, terdapat dua
unsur yang penting untuk dicermati, yaitu unsur yang melekat dalam
karakteristik individu dalam konteks kehidupan sosial yang menuntut internalisasi
dan sosialisasi, serta unsur yang
berkaitan dengan kemampuan yang menuntut pada pendidikan dan latihan. Namun
meskipun demikian keduanya sangat berkaitan dimana yang satu perlu jadi fondasi
kepemimpinan dan yang lainnya merupakan pengembangan dalam kepemimpinan.
Kewirausahaan dalam
persekolahan, tidak harus diartikan dengan kegiatan yang mampu menghasilkan
keuntungan bagi sekolah secara materiil (berupa uang). Kewirausahaan dalam yang
paling penting adalah kemauan bekerja keras serta kreatif dan inovatif. Kepala
sekolah yang memiliki jiwa kewirausahaan akan mampu menghitung kelemahan dan
kelebihan yang dimiliki menjadi modal awal sekolahnya. Dengan modal awal
tersebut, kepala sekolah mendayagunakan untuk kemajuan sekolah. Contoh: peserta
didik yang besar merupakan kekuatan (strenght) bagi sekolah. Orang tua peserta
didik bisa dijadikan investir dengan memberikan pinjaman dana, misalnya untuk
pembangunan kantin sekolah.Kantin tersebut kemudian disewakan. Hasil sewa ini,
sebagian untuk cadangan pengembalian pinjaman dan sebagian yang lain untuk
pendapatan sekolah.
Selain itu
prinsip-prinsip kewirausaan juga dapat digunakan untuk peningkatan kompetensi
guru. Di zaman teknologi, informasi dan komunikasi sekarang ini, kepala sekolah
dengan kreativitas dan inovasinya mendorong guru untuk menciptakan proses
belajar mengajar yang dinamis, yakni dengan kemampuan mengadopsi berbagai model
atau metode pembelajaran yang baru. Misalnya dalam hal membaca permulaan, guru
dapat menggunakan metode iqra’. Dengan metode ini kemampuan membaca permulaan
siswa akan mengalami perkembangan yang pesat. Dalam hal berhitung, guru dapat
menggunakan metode berhitung jarimatika atau jarimagic. Kepala sekolah
menciptakan kompetisi yang sehat di sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru.
Apalagi kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas (Class Action Research)
dihargai secara akademis.
A. Membangun jiwa
enterpreneurship dalam kepemimpinan pendidikan perspektif agama.
Bagi umat Islam berdagang lebih
kepada bentuk Ibadah kepada Allah swt. Karena apapun yang kita lakukan harus
memiliki niat untuk beribadah agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat ini
akan mempermudah jalan kita mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat mengambil
barang dari tempat grosir dan menjual ditempatnya. Dengan demikian masyarakat
yang ada disekitarnya tidak perlu jauh untuk membeli barang yang sama. Sehingga
nantinya akan terbentuk patronage buying motive yaitu suatu
motif berbelanja ketoko tertentu saja.
Berwirausaha memberi peluang kepada
orang lain untuk berbuat baik dengan cara memberikan pelayanan yang cepat,
membantu kemudahan bagi orang yang berbelanja, memberi potongan, dll. Perbuatan
baik akan selalu menenangkan pikiran yang kemudian akan turut membantu
kesehatan jasmani. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam buku The Healing
Brain yang menyatakan bahwa fungsi utama otak bukanlah untuk berfikir, tetapi
untuk mengembaliakn kesehatan tubuh. Vitalitas otak dalam menjaga kesehatan
banyak dipengaruhi oleh frekwensi perbuatan baik. Dan aspek kerja otak yang
paling utama adalah bergaul, bermuamalah, bekerja sama, tolong menolong, dan
kegiatan komunikasi dengan orang lain.
Pekerjaan berdagang ini mendapat
tempat terhormat dalam ajaran Islam, seperti disabdakan Rasul : “Mata
pencarian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah?”Jawab beliau: Ialah seseorang
yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.” (HR.
Al-Bazzar). Dalam QS.Al-Baqarah : 275 dijelaskan bahwa Allah swt
telah menghalalkan kegiatan jual beli dan mengharamkan riba. Kegiatan
riba ini sangat merugikan karena membuat kegiatan perdagangan tidak berkembang.
Hal ini disebabkan karena uang dan modal hanya berputar pada satu pihak saja
yang akhirnya dapat mengeksploitasi masyarakat yang terdesak kebutuhan hidup.
Sifat yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha yang sesuai dengan ajaran agama Islam adalah :
- Sifat Takwa, Tawakkal, Zikir, dan Syukur
Dengan adanya sifat takwa maka kita akan diberi jalan keluar penyelesaian
dari suatu masalah dan mendapat rizki yang tidak disangka. Dengan sikap
tawakkal, kita akan mengalami kemudahan dalam menjalankan usaha walaupun usaha
yang kita jalani memiliki banyak saingan. Dengan bertakwa dan bertawakkal maka
kita akan senantiasa berzikir untuk mengingat Allah dan bersyukur sebagai ungkapan
terima kasih atas segala kemudahan yang kita terima. Dengan begitu, maka kita
akan merasakan tenang dan melaksanakan segala usaha dengan kepala dingin dan
tidak stress.
- Jujur
Dalam suatu hadist diriwayatkan bahwa :”Kejujuran akan membawa
ketenangan dan ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan.”(HR. Tirmidzi). Jujur
dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan orang lain maka akan membuat
tenang lahir dan batin.
- Niat Suci dan Ibadah
Bagi seorang muslim kegiatan bisnis senantiasa diniatkan untuk beribadah
kepada Allah sehingga hasil yang didapat nanti juga akan digunakan untuk
kepentingan dijalan Allah
- Azzam dan bangun Lebih Pagi
Rasul saw mengajarkan agar kita berusaha mencari rezeki mulai pagi hari
setelah shalat subuh. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa :” Hai
anakku, bangunlah!sambutlah rizki dari Rabb-mu dan janganlah kamu tergolong
orang yang lalai, karena sesungguhnya Allah membagikan rizki manusia antara
terbitnya fajar sampai menjelang terbitnya matahari.”(HR. Baihaqi)
- Toleransi
Sikap toleransi diperlukan dalam bisnis sehingga kita dapat menjadi pribadi
bisnis yang mudah bergaul, supel, fleksibel, toleransi terhadap langganan dan
tidak kaku
- Berzakat dan Berinfak
“Tidaklah harta itu akan berkurang
karena disedekahkan dan Allah tidak akan akan menambahkan orang yang suka
memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang yang suka merendahkan diri
karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.”(HR. Muslim). Dalam hadist tersebut telah
diungkapkan bahwa dengan berzakat dan berinfak maka kita tidak akan miskin,
melainkan Allah akan melipat gandakan rizki kita. Dengan berzakat, hal itu juga
akan membersihkan harta kita sehingga harta yang kita peroleh memang
benar-benar harta yang halal.
- Silaturahmi
Dalam usaha, adanya seorang partner sangat dibutuhkan demi lancarnya usaha
yang kita lakukan. Silaturrahmi ini dapat mempererat ikatan kekeluargaan dan
memberikan peluang-peluang bisnis baru. Pentingnya silaturahmi ini juga dapat
dilihat dari hadist berikut :”Siapa yang ingin murah rizkinya dan
panjang umurnya, maka hendaklah ia mempererat hubungan silaturahmi.”(HR.
Bukhari)
Bekerja atau berwirausaha merupakan salah satu
ibadah yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Disamping untuk memperoleh nafkah
yang halal dan baik, bekerja juga merupakan perwujudan hubungan ta'awuniyyah
(tolong menolong) diantara sesama Muslim. Tatkala seorang penjahit, menjahit
baju untuk pelanggannya, ia telah membantu orang lain yang sedang membutuhkan
baju, atau pakaian. Demikian juga tukang jahit, ia membutuhkan orang yang
hendak menjahitkan kain kepadanya, agar ia memperoleh nafkah yang halal dan
baik, begitu seterusnya.
Rasulullah saw telah menjelaskan beberapa keutamaan
bekerja. Diantara keutamaan-keutamaan itu adalah sebagai berikut :
1. Bekerja
Untuk Menjaga Kehormatan dan Kemulyaan Diri
Bekerja
adalah refleksi kehormatan dan kemulyaan seseorang. Jika seseorang memiliki
profesi halal dan baik; misalnya tukang becak, tukang ojek, guru, petani, dan
buruh pabrik, dan lain sebagainya, tentunya ia akan terpandang di sisi Allah
dan masyarakat. Sebaliknya, alangkah hinanya di sisi Allah swt, jika seseorang
memiliki profesi haram, misalnya pelacur, dukun, eksekutor di bank ribawi,
serta pekerjaan-pekerjaan haram lainnya.
2. Bekerja Untuk
Menutupi Dosa
Dalam sebuah
riwayat dituturkan, bahwa bekerja keras akan menutupi dosa-dosa yang tidak bisa
ditutupi oleh sholat dan puasa. Rasulullah saw bersabda: "Diantara
dosa-dosa, ada dosa yang tidak bisa ditutupi dengan puasa dan sholat."
Para shahabat bertanya, "Lantas, apa yang bisa menutupi dosa itu Ya
Rasulullah?" Rasulullah saw menjawab, "Keseriusan dalam mencari
rejeki." Hadits ini mendorong kaum Muslim untuk bekerja dengan
sungguh-sungguh, memenuhi ketentuan-ketentuan syariat dan sebab akibatnya [kausalitas].
Sebab, keseriusan dalam bekerja merupakan wasilah untuk menutupi dosa yang
tidak bisa ditutupi oleh ibadah-ibadah yang lain. Ini menunjukkan, bahwa
bekerja dengan serius memiliki keutamaan di sisi Allah swt.
3. Bertemu Allah Dengan Wajah Berseri-seri
Di dalam
riwayat lain disebutkan, bahwa orang yang memiliki profesi halal dan baik, akan
bertemu dengan Allah swt dengan wajah berseri-seri bagaikan bulan purnama.
Rasulullah saw juga bersabda: "Barangsiapa mencari kehidupan dunia yang
halal dan baik, maka ia akan menjumpai Allah swt dengan muka berseriseri
bagaikan rembulan purnama."
4.
Memudahkan Terkabulnya Doa
Pada
dasarnya, nafkah terbaik adalah nafkah yang didapatkan dari hasil usahanya
sendiri. Nafkah yang halal dan baik, baik berupa makanan, pakaian, ataupun
tempat tinggal, merupakan sarana agar doa diterima Allah swt.
Penafsiran tentang
Ayat Wirausaha dan Ekonomi
Manusia terlahir
di dunia mempunyai kewajiban untuk beribadah dan bekerja untuk
memenuhi kebutuhan
hidupnya, dan dalam al-Qur‟an
manusia dianjurkan untuk berusaha dan bekerja
dengan sekuat tenaga agar mampu
memenuhi kebutuhannya hingga membesarkan
anak
keturunannya. Banyak sekali ulama dan mufassir yang menafsirkan al-Qur‟an berkaitan dengan tema ekonomi dan kewirausahaan, Pengertian
ekonomi secara bahasa, berasal dari bahasa yunani : „Oikonomia
yang berarti rumah
tangga, pendapat lain mengatakan ekonomi berasal dari
kata
oikos berarti rumah dan nomos aturan jadi ekonomi adalah
aturan-aturan
untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia di dalam
rumah
tangga, baik dalam rumah tangga
rakyat, dan negara. Ekonomi
dalam bahasa arab adalah iqtis}a>d, yang
berasal dari akar kata qas}ada yang berarti mendatangi sesuatu, menyimpanan dan penghematan, kata qas}ada
berarti keseimbangan, sama
seimbang atau
pertengahan.
Perintah Allah untuk maksimal bekerja
dan
mencari penghasilan dengan memanfaatkan kemampuan dan juga sumberdaya yang ada di sekitar
kita dijelaskan dalam
surat
Surat At-taubah :
105
Artinya: dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu
itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan17.
Dalam
ayat At-taubah diatas menurut
M. Quraish
Shihab menerangkan bahwa Allah memerintahkan kepada
umatnya untuk
mengatakan taubat, mereka diterima dan memerintahakan katakanlah juga
: „Bekerjalah
kamu, demi
karena allah
semata dengan amal shaleh yang
bermanfaat, baik untuk diri kamu maupun untuk masyarakat umum, maka
Allah akan melihat, yakni menilai dan memberi ganjaran amal kamu itu
dan dan Rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat dan
menilainya
juga, kemudian akan menyesuaikan juga dengan amalan kamu
itu.
Dan selanjutnya
kamu akan dikembalikan melalui kematian kepada
Allah swt. Yang maha mengetahui yang ghaib dan nyata , lalu diberitakan
nya kepada
kamu sanksi dan ganjaran atas apa yang telah kamu kerjakan,
baik yang tampak ke permukaan maupun yang kamu sembunyikan dalamhati.
Janji
allah terhadap orang yang membantu memberdayakan orang lain Dalam Surat
al-Huud : 61
Artinya: dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh.
Shaleh berkata: "Hai
kaumku, sembahlah
Allah, sekali-kali tidak ada
bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari
bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya20,
karena itu mohonlah ampunan-
Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya)
lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)21."
Menurut M. Quraish Shihab, dalam Tafsir Al- Misbah, ayat di atas menjelaskan tentang kisah suku Tsamud yang diperintahkan oleh allah :
Hai kaumku sembahalah
Allah sekali-kali tidak ada bagi kamu tuhan
satupun yang memelihara kamu dan menguasai seluruh mahkluk selain
dia. dia
telah menjadikan
kamu pertama kali dari bumi, yakni tanah
dan menjadikan
kamu berpotensi memakmurkannya atau
memerintahkanmu
memakmurkannya . memang dalam memakmurkannya atau
dalam
keberadaan kamu di bumi, kamu di sertai dengan hadirnya setan kamu
dapat melakukan pelanggaran, maka mohonlah ampunannya dengan menyesali kesalahan terdahulu
dan kemudian bertaubat kepadanya.
Thabatthabai yang dikutip M. Quraish Shihab dalam tafsirnya, memahami bahwa kata ista‟marakum fi> al-arad} dalam arti mengolah
bumi sehingga beralih menjadi suatu tempat dan kondisi yang
memungkinkan manfaatknya
dapat dipetik,
seperti
membangun pemukiman untuk dihuni, masjid untuk
tempat ibadah, tanah untuk pertanian dan lain sebagainya, dan dengan demikian Allah telah mewujudkan, melalui bahan bumi ini, dan manusia yang
dia sempurnakan dengan mendidiknya tahap
demi tahap
dengan
memberikan
anugerah berupa potensi untuk bisa mengelola dan memanfaatkannya
Surah
Al-baqarah 261-262.
Artinya: perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha mengetahui. 262 orang- orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak
mengiringi apa yang dinafkahkannya itu
dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan
mereka.
tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
Dalam Tafsir Al- Misbah ayat 261 ini turun
disebut-sebut dalam sekian
riwayat menyangkut kedermawanan Utsman ibn Affan dan
Abdurrahaman Ibn Auf ra. Yang datang membawa
harta mereka untuk
membiayai perang
Tabuk.
Ayat
ini juga berpesan untuk orang yang
mampu agar tidak merasa
berat membantu karena apa yang
di nafkahkan akan tumbuh berkembang berlipat
ganda. Membangun dunia dan memakmurkannya mengharuskan adanya
manusia yang hidup,
tinggal dan
bergerak, giat
dan berusaha. Hidup
adalah gerak,
rasa, tahu, kehendak, dan pilihan.
Manusia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya, mereka harus bantu membantu,
lengkap-melengkapi. Inilah yang dijelaskan kelompok ayat-ayat berikut
Kata
Mann,
di dengan menyebut-sebut pemberian,
teambil dari kata minnah yakni Nikmat. Mann menyebut –nyebut nikmat
kepada orang yang memberi
dan
membanggakannya. Disisi lain dijelaskan lebih jauh tentang sebab keberhasilan mereka, yakni bahwa
mereka tidak menyebut-nyebut pemberian mereka,
dan
tidak
pula menyakiti
hati orang yang diberikan
Dalam al-Qur‟an “Harta
yang banyak” oleh al-Qur‟an disebut “khair” yang
arti
harfiahnya adalah “kebaikan” ini bukan hanya berarti bahwa
harta
kekayaan dinilai sebagai sesuatu yang baik, tetapi lebih mengisyaratkan
bahwa dalam mendapatkan
dan
penggunaannya harus pula dengan baik. Tanpa memperhatikan hal tersebut manusia
dikhawatirkan mengalami kesengsaraan dalam hidupnya, dikarenakan daya tarik uang atau harta
benda menyilaukan mata dan mengiurkan hati sehingga
dikhawatirkan menjadikan seorang
lupa terhadap kewajibannya sebagai
hamba allah di bumi.
Surat Al- baqarah
: 188
Artinya: dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil
dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta
itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal
kamu mengetahui26.
Ayat di atas dalam
tafsir Al-Misbah, diterangkan bahwasannya,
pengembangan harta
tidak dapat terjadi kecuali dengan interaksi antara manusia dengan manusia lain, dalam bentuk pertukaran dan bantu
membantu. Makna inilah yang
dikandung dalam kata
bainakumlantarakamu dalam firmannya yang
memulai uraian menyangkut perolehan harta. Kata antara mengisyaratkan juga bahwa
interaksi dalam
memperoleh harta terjadi antara
dua pihak. Harta seakan-akan berada
di tengah, dan kedua pihak berada pada ujung-ujung yang berhadapan.
Keuntungan dan kerugian itu tidak boleh
terlalu jauh oleh masing-masing
sehingga salah satu orang
merugi, sedang pihak
lain
mendapat keuntungan. Perolehan yang
tidak seimbang adalah bathil, dan yang
batil
adalah segala sesuatu yang tidak hak, tidak dibenarkan oleh hukum, serta tidak sejalan
dengan
tuntutan ilahi
Dikatkan bahwa surat al baqarah diatas menerangkan tentang apa
saja yang kamu nafkahkan atau apa
saja yang kamu nadzarkan , maka
sesungguhnya allah mengetahuinya, dan orang
yang
berbuat zalim maka
tidak
ada
seorangpun sebagai penolongnya.
Dalam surat Al-baqarah, secara garis besar menerangkan tentang
kaidah
tasawwur i>ma>ni, dan menjelaskan tas}awwur sebagai upaya untuk membangkitkan kembali peranan
kaum
muslimin
untuk melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin
umat
manusia.
Dan dalam
perkembangannya,
kaidah – kaidah dalam
surat Al- Baqarah menjelaskan tentang penegakkan perekonomian dan kemasyarakatan yang dikehendaki agama islam untuk menjadi acuan
berpijaknya masyarakat muslim untuk membangun kehidupan
menjadi lebih baik, sistem itu adalah takaful‟ solidaritas, sosial, saling
menanggung dan
saling menolong yang di proyeksikan dalam
bentuk zakat
dan sedekah-sedekah sunnah, bukan sistem riba yang dominan dalam masa jahiliyah.
Dalam
surat ini juga dijelaskan tentang perniagaan
dan aspek
pokok sistem perekonomian islami, dan kehidupan
sosial yang baik dan
benar,
dalam surat al-baqarah juga
di anjurakan untuk memperbanyak berinfak untuk membersihkan jiwa dan memberikan manfaat bagi yang menerima, juga mampu
mengubah jalan hidup
mansyarakat seperti
keluarga sendiri, dengan adanya kebiasaan saling tolong menolong, saling
menyayangi dan mencintai hingga mampu
masuk dalam tingkatan yang
terhormat dengan adanya kesejajaran kedudukan antara pihak
pemberi dan
penerima
Surat nisa‟
:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu
Dalam Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, ayat diatas menjelaskan tentang tuntutan memperoleh harta
guna memenuhi
kebutuhan hidup premier maupun
sekunder, dalam ayat ini ada kata amwa>lakum yang
dimaksud adalah harta yang beredar
di masnyarakat. dalam surat an-nisak
ayat 5 quraish shihab mengatakan bahwasannya
harta yang kita
peroleh merupakan harta
milik
bersama, yang berarti harusnya harta itu beredar untuk kemanfaatan dan kesejahteraan bersama. Karena meskipun harta itu milik manusia namun yang menjadikan harta itu adalah Allah, Qiya>man, yakni sebagai pokok
kehidupan manusia. Hal ini bisa menjadi penguat dari ayat dari
surat al hansyar ayat 7 yang
mengatakan bahwasannya Allah telah mengatur rejeki
dan
harga apapun termasuk etika
dalam bersedekah dan membantu orang
yang kurang
mampu, dan Allah pun menjanjikan kedudukan di dunia maupun di akhirat.
Dalam Tafsir Al-Misbah juga
di sebutkan
bahwasannya orang
manusia yang mengabaikan petunjuk untuk mensejahterakan masyarakat
sekitar sama saja dengan membunuh
diri sendiri, dan membunuh masyarakat seluruhnya. Karena dewasa
ini peranan ekonomi
dalam kebangkitan dan keruntuhan bangsa dan negara sangat penting, maka
sudah selayaknya kita
sebagai generasi
muda berperan aktif untukmeningkatkan perekonomian masyarakat muslim di negara indonesia dengan mulai
melatih
diri untuk mempelajari dunia bisnis sedini mungkin.
Surat An- nisa‟ :
32
Artinya:
dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih
banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian
dari pada apa yang mereka usahakan,
dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu
Menurut M.
Quraish Shihab ayat diatas menerangakan tentang
dilarangnya berangan-angan terlalu
tinggi
karena akan
menghantarkan pada perbuatan yang
sejak awal dilarang oleh syariat agama islam.dalam
tafir al misbah juga dikatakan bahwasannya, Kata
Iktasabu> dan iktasabna yang di artikan dengan yang mereka usahakan terambil dari kata
kasaba. Penambahan huruf ta‟ pada kata itu sehingga menjadi
Iktasabu>
dalam berbagai bentuknya menunjukkan adanya kesungguhan serta usaha yang
ekstra. Berbeda dengan kasaba yang berarti melakukan
sesuatu dengan mudah dan tidak disurtai dengan usaha yang sungguh-
sungguh.
Maka maksud dari arti bagi laki laki ada bagiannya dari apa yang
mereka usahakan
dan bagi para wanita pun ada
bagian yang mereka
usahakan, adalah segala sesuatu yang ada disekitar
manusia merupakan ketetapan Allah dan dari hasil apa yang diusahakan manusia
itu sendiri. dan
kemudian mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya, bisa
diartikan juga arahkan
harapan
dan
keinginan kalian
kepada-Nya,
bukan kepada orang
lain .jangan berangan-angan tinggi apalahi iri hati. Menurut quraish shihab ayat ini mengajarkan kita
untuk hidup ralistis, ada
angan
angan dan harapan yang boleh jadi dapat dicapai dan juga ada yang jelas mustahil atau sangat jauh.
Surat Al-Ra‟ad ayat :
11
Artinya: bagi manusia
ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran,
di
muka dan
di
belakangnya,
mereka menjaganya
atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak
ada pelindung
bagi mereka selain dia.
Negative ke positif sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka,
yakni sikap mental dan pikiran mereka
sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
suatu kaum, tetapi ingat bahwa Allah tidak menghendakinya kecuali jika manusia mengubah sikapnya terlebih
dahulu. Dan Jika
Allah menghendaki keburukan suatu kaum, ketika
itu berlakulah ketentuannya yang
berdasarkan sunnatullah atau hukum kemasyarakatan yang ditetapkanya, dan bila itu terjadi maka tidaka ada
yang dapat menolaknya dan pastilah
sunnatullah menimpanya dan sekali- kali tak ada pelindung bagi mereka yang jatuh atasnya ketentuan tersebut selain
dia.
Surat An- najm : 39
Artinya: dan bahwasanya seorang manusia
tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya35.
Menurut M. Quraish Shihab, ayat di atas menjelaskan
tentang, seseorang tidak akan memilkul
dosa dan mudharat yang dilakukan oleh
orang lain, dan diapun tidak akan memperoleh manfaat dari kebaikan
yang dilakukan orang lain, dikatakan juga manusia tidak akan memiliki selain apa yang
mereka usahakan, dan bahwa usaha yang baik atau buruk tidak akan dilenyapkan oleh Allah, akan tetapi akan diperlihatkan
kepadanya sehingga ia akan berbangga dengan amal baiknya
dan ingin menjauh
dari amal buruknya.
Huruf Lam pada
firman-Nya li al-insa>n berarti memiliki. Kepemilikan dimaksudkan adalah kepemilikan hakiki yang senantiasa akan
menyertai
manusia
sepanjang
eksistensinya. Ia
adalah
amal-amalannya
yang baik dan yang buruk. Iniberbeda dengan kepemilikan relatif, sepertikepemilikan harta, anak, dan lain-lain yang sifatnya sementara pasti akan lenyap
dengan kematiannya.
Kata sa‟a pada mulanya berarti berjalan
cepat, namun
belum sampai tingkat berlari. Kata ini kemudian digunakan dalam arti berupaya
secara sungguh-sungguh
Surat Al-Jumu‟ah :
10
Artinya: apabila
telah
ditunaikan
shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia
Allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung37.
Menurut M. Quraish Shihab, ayat
diatas
menjelaskan tentang perintah melaksanakan shalat
jumat
dan meninggalkan
kesibukan berupa jual beli dan segala aktifitas
apapun,
untuk meninggalkan kesan sehari
penuh, seperti yang di wajibkan kepada orang yahudi pada hari sabtu, ayat diatas
Melanjutkan dengan menegaskan :
lalu apabila
telah ditunaikan shalat, maka jika kamu mau, bertebaranlah di muka bumi ntuk
tujuan
apapun yang dibenarkan Allah
dan
carilah degan sungguh-sungguh sebagian
dari
karunia Allah karena
karunia allah sangat banyak dan tidak
mungkin kamu dapat mengambil seluruhnya, dan ingatlah Allah banyak –
banyak jangan sampai kesungguhan kamu
mencari karunianya itu
melengahkan kamu. Dan berdzikirlah kamu dari saat kesaat dan di setiap
tempat dengan
hati
atau
bersama
lidah
kamu supaya kamu
beruntung memperoleh apa yang kamu dambakan
Surat Al-Mulk : 15
Artinya: Dialah yang menjadikan
bumi
itu mudah
bagi kamu,
Maka
berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan39.
Munurut M. Quraish Shihab, ayat diatas menjelaskan tentang kemudahan yang
diberikan Allah kepada manusia : maka silahkan kapan saja
kamu mau berjalan di penjurupenjurunya bahkan pengunungan-
pegunungan dan makanlah dari sebagian rejekinya
, karena
tidak mungkin kamu dapat menghabiskannya, karena rejekinya berlimpah melebihi kebutuhanmu. Dan mengabdilah kepadanya sebagai tanda
syuku atas limpahan karunianya .
Kata dzalulan yang
terambil dari kata dzalala pada ayat ini
dipahami dalam arti ditundukkan
sehingga menjadi mudah. Bumi
dimudahkan oleh Allah untuk dihuni manusia, antara lain dengan
menciptakannya berbentuk bulat, akan tetapi kemanapun kakinya melangkah , ia
mendapati buminya terhampar, dimana-mana ia
memperoleh sumber makanan
atau rejeki
Surat Isra‟ :Al- 34
Artinya: dan janganlah kamu
mendekati harta anak
yatim, kecuali
dengan cara yang
lebih
baik
(bermanfaat) sampai ia dewasa
dan
penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya
Dalam
ayat diatas menurut M. Quraish Shihab ayat ini
menjelaskan tentang : Penegasan bahwa ; dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang paling baik, yakni dengan
mengembangkannya untuk mendapatkan keuntungan atau dengan cara menginvestasikannya. Lakukanlah
hal
itu sampai dia dewasa. dan, bila mereka
sudah
dewasa dan
mampu,
serahkanlah harta mereka dan penuhilah janji terhadap siapapun yang kamu janji, baik tempat, waktu
dan
substansi yang dijanjiakan. Sesungguhnya janji yang kamu janjikan akan pasti dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt. Kelak
di hari kemudian,
atau diminta kepada yang berjanji untuk
memenuhi janjinya.
Dalam surat an-Nisa‟ :5, terdapat tuntutan kepada para
wali untuk memelihara dan menggembangkan harta yang dimiliki oleh kaum lemah, seperti anak yatim, dan tidak mengabaikan kebutuhan wajar
dari
pemilik harta yang tidak mampu mengelola harta itu. Mereka hendaknya diberi belanja
dan
pakaian dari hasil harta itu, bukan dari modalnya. Dan kepada mereka hendaklah
diucapkan
kata-kata yang baik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Entrepreneur dalam konteks pendidikan berarti bahwa
kepala sekolah mampu menggunakan kekuasaannya sebagai alat untuk mengeluarkan
kebijakan yang mampu memandirikan sekolah yang dipimpinnnya serta bebas dari
keterikatan dengan lembaga lain. Seorang entrepreneur dalam konteks pendidikan
akan berupaya bagaimana mewujudkan sekolah yang mandiri tidak bergantung dengan
lembaga lain, sekolah yang mampu melahirkan lulusan-lulusan yang unggul serta
mampu mandiri tidak menjadi beban masyarakat.
Dalam Islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan
tidak cengeng. Setidaknya terdapat beberapa ayat al-Qur’an maupun Hadis yang
dapat menjadi rujukan pesan tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini
Berwirausaha memberi peluang kepada
orang lain untuk berbuat baik dengan cara memberikan pelayanan yang cepat,
membantu kemudahan bagi orang yang berbelanja, memberi potongan, dll. Perbuatan
baik akan selalu menenangkan pikiran yang kemudian akan turut membantu
kesehatan jasmani. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam buku The Healing
Brain yang menyatakan bahwa fungsi utama otak bukanlah untuk berfikir, tetapi
untuk mengembaliakn kesehatan tubuh. Vitalitas otak dalam menjaga kesehatan
banyak dipengaruhi oleh frekwensi perbuatan baik. Dan aspek kerja otak yang
paling utama adalah bergaul, bermuamalah, bekerja sama, tolong menolong, dan
kegiatan komunikasi dengan orang lain.
Ada elemen pokok yang perlu disadari
akan eksistensi keberadaan manusia dalam memahami falsafah atau hakekat
wirausaha yaitu:
a.
Hakekat keberadaan manusia, adalah pekerja dan tanpa bekerja fungsi diri
sebagai manusia mahluk utama di muka bumi akan kehilangan makna, dengan
demikian bekerja adalah indikator eksistensi manusia.
b.
Kewajiban manusia dalam hidupnya, manusia dalam hidupnya wajib bekerja,
artinya bekerja disini adalah berbuat sesuatu agar kehidupan lebih bermakna
atau perperadaban, karena manusia bekerja untuk mempertahankan hidup dan
kelangsungan hidup. Dengan bekerja kehidupan lebih bergairah, dinamis dan
menyenangkan sehingga keberadaan diri manusia menjadi nyata dan bernilai.
B. Rekomendasi
Menurut kami
penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini dianggap oleh sebagian
masyarakat belum mencapai apa yang diinginkan oleh dunia usaha atau industry
masyarakat masih menganggap penyelenggaraan pendidikan masih cenderung untuk
melahirkan orang-orang pandai dan bekerja di perkantoran baik instansi
pemerintah atau swasta jadi dalam unsur wirausaha selalu dikaitkan denngan
berdagang atau bisnis yang menghasilkan uang bukan untuk menjadi seseorang yang
mempunyai mental wirausaha setelah menyelesaikan pendidikan.
Masyarakat
memiliki pemikiran bahwa kewirausahaan adalah sebagai usaha dagang atau bisnis
murni yang langsung dapat menghasilkan keuntungan secara financial, padahal
wirausaha disini yang dimaksud dalam pembelajaran disekolah adalah individu
yang memliki daya kreatif dan inovatif mencari peluang dan berani mengambil
resiko serta berkarakter/jiwa wirausaha laennya bukan semata mata untuk
kepentingan finalsial, melaikan setiap lapangan pekerjaan yng memiliki
semangat, karakter dan polapikir wirausaha akan membuat perbedaan perubahan
pertumbuhan positif dalam profesi dan
pekerjaan mereka di luar bidang bisnis.
Selain itu
pendidikan formal di Indonesia belum sinergi dengan orang tua atau masyarakat
yang secaara bersama-sama untuk menumbuh kembangkan jiwa wirausaha putra
putrinya baik melalui pendidikan disekolah dan pendidikan dilingkungan keluarga
karena masyarakat masih punya pemikiran bahwa kewirausahaan hanya dalam bisnis
murni yang dikaitkan dengan financial sehingga pendidikan dikeluarga belum
mendukung dalam pencapaian kompeensi peserta didik dalam menumbuhkan jiwa
wirausaha bagi putra putrinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahamdi, Abu,
1999, Psikologi Sosial, Jakarta, Rineka Cipta
Aima, Hafidz, 2014. Enterpreneurship
dan Peluang Usaha, In Media, Jakarta. Benedicta
Prihatin
Abdul Halim
Hasan Binjani, Syekh, 2006, Tafsir
Al-Ahkam, Jakarta, Kencana
AditamaSulistiyorini,
2009. Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, strategi, dan Aplikasi, Yogyakarta:
Teras
Ahmad Warson
Munawir, 1997, Al-Munawwir, Yogyakarta: Pustaka Progressif
Akdon et al,
2015, Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Rosdakarya,
Barth, Roland
S.. 1990. Improving School from Within. San Francisco : Jossey – Bass.
Caldwell, Brian J., & Jim M. Spinks. (1992). Leading the Self – Managing
School. Washington DC : The Falmer Press
Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga.
Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Danim,
Sudarwan, 2012, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung, Alfabeta
Depdiknas,
2002. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa
Dwi, Riyanti.
2003.
Kewirausahaan Dari Sudut Pandang.
Psikologi
Fahmi, Irhan,
2013. Manajemen Kepmimpinan (Teori
&Praktek), Bandung,
Alfabeta
G. Geoffrey Meredith, 1996. Kewirausahaan
Teori dan Praktek,Jakarta,PT Pustaka Binaman Pressindo
Hanurawan,
Fattah, 2012, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosda Karya
Hisrich,R.D.,
Peters, M.P., dan Shepherd, D.A. 2005. Entrepreneurship. Sixth Edition.
New York: McGraw-Hill
Imam
Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, 2006, tafsir Jalalain, Jilid
2. Bandung; Algensindo
Imam
Musbikin, 2013, Menjadi Kepala Sekolah yang Hebat, Pekanbaru: Zanafa,
Jejen Musfah,
2015, Manajemen Pendidikan: Teori, Kebijakan, dan Praktik, Jakarta:
Prenada Media Group,
Kartono,
Kartini, 2010, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Kasmir, 2014,
Kewirausahaan, Jakarta: RajaGrafindo Persada
Komariah,
Nur. 2017, Kepemimpinan Entrepreneurship Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Kemandirian Pembiayaan Sekolah, Jurnal Al-Afkar, Vol. V, No. 1, April 2017
Kumorohadi, Untung& Nurhayati,
2010. Analisis Kualitas Pembinaan dan Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di
Kalangan Mahasiswa, Purwokerto,Unsud
Liang Gie The Liang Gie, Pengantar Filsafat
Ilmu, Yogyakarta: Liberty, 1999.,
Muhammad
Nasib Ar-Rifal, 1999, Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir jilid 1. Jakarta: Gema Insani Pers.
Mujamil
Qomar, 2008, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan
Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga
Mulyasa,
2015, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara
Munawir S, 1997 , Analisis Laporan Keuangan,
Liberty, Yogtakarta.
Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi
Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta :
Prenada Media Group
Nazsir,
Nasrullah, 2008, Dinamika Kelompok &
Kepemimpinan, Bandung,
Widya Padjadjaran
Nasib
Ar-Rifa'I, Muhammad, 1999. Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1, Jakarta, Gema Insani
Permendiknas
RI No. 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Purwanto,Ngalim.2012,
Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Rosyada,
Dede, 2009, Akhlak Mulia bagi Para Pemimpin, Bandung, Pustaka Al-Fikriis.
Rakhmat,
Jalaluddin, 2012, Psikologi Komunikasi, Bandung, Rosda Karya
Rukmana,
Nana, 2007, Etika Kepemimpinan Perspektif
Agama dan Moral, Bandung :
Alfabeta
Rosmiyati, Tatty, dan Dedy Achmad Kurniadi,
2009, Kepemimpinan Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
Saefullah,
Djadja.2004, Pengantar Filsafat, Bandung, Refika Aditama
Shane, et al. (2003). Entrepreneurial
Motivation. Human Resource Management Review, Vol. 13, pp. 257-279.
Retrieved from Elsevier Science Inc.
Sarwono, W.
Sarlito, 2004. Psikologi remaja.
Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
Suharsaputra,
Uhar.2010, Administrasi Pendidikan.
Kalapagunung, Refika Aditama
Suharsaputra,
Uhar, 2016, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan:Mengembangkan
Sanusi,
Achmad, 2013, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung, Nuansa Cendikia
Sauri,
Sofyan, 2013, Filsafat dan Tesofat
Akhlak, Bandung, Genesindo.
___________,
2017, Kesantunan Berbahasa, Bandung, Arfino Raya
___________,
2010, Meretas Pendidikan Nilai, Bandung, Arfino Raya
___________,
2017, Nilai Kearifan Pesantren, Bandung, Rizki Press
___________,
2006, Pendidikan Berbahasa Santun, Bandung, Genesindo
___________,
2018, Pendidikan Etika dalam kehidupan
beragama, Bandung,
Arfino Raya
___________,
2018,Pendidikan Karakter Dalam Perspektif
Islam, Bandung, Rizki Press
Shane, S.
2003. A General Theory of Entrepreneurship.the Individual-opportunity
Nexus. USA: Edward Elgar
Suharyadi. 2007. Statistika untuk Ekonomi
dan Keuangan Modern ed 2 jilid 1. Jakarta: Salemba Empat
Sulistyorini,2009. Evaluasi Pendidikan Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan,Yogyakarta: TERAS
Sunyoto, Danang, 2013. Kewirausahaan Untuk Kesehatan.
Nuha Medika, Yogyakarta.
Suryana. 2001.
Kewirausahaan, Salemba
Empat, Jakarta.
Suryana. 2014. Kewirausahaan. Kiat dan Proses Menuju Sukses Edisi
4, Salemba Empat, Jakarta.
Suryana, Yuyus, dan Kartib Bayu, 2013.
Kewirausahaan: Pendekatan
Karakteristik
Wirausahawan
Sukses (Edisi Kedua), Kencana, Jakarta. Susanto,
A.B. 2009. Leadpreneurship,
Erlanga, Jakarta
Syekh H.
abdul Halim Hasan Binjai. Tafsir Al-Ahkam. Jakarta; Kencana, 2006
Tafsir Surat
Al-Mukminun ayat 1-8 diambil dari Muhammad Nasib Ar-Rifal. Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsirjilid 3. Jakarta: Gema Insani Pers. 1999
Tedjasutisna,
Ating. 2004. Memahami Kewirausahaan SMK. Bandung: CV. Armico
Turney C. et
al. 1992. The School Manager. Sydney : Allen & Unwin.
Uhar,
suharsaputra. 2016, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan : Mengembangkan Spirit
Enterpreneurship menuju learning School,
Bandung : Refika aditama
Wursanto,
2003, Dasar-Dasar Emu Organisasi, Yogyakarta: Andiati,
Widiawati,
Nani, 2012, Pemikiran Spekulatif dalam
Filsafat Islam, Bandung
Insan Mandir
Yakub,
Hamzah, 1988, Etika Islam Pembinaan
Akhlakul Karimah, Bandung: Dipenogoro
Zimmerer, W. Thomas And Norman M. Scarborough, 2002. Pengantar
Kewirausahaan Dan Manajemen
Bisnis Kecil, (Edisi Bahasa Indonesia) , PT. Rineka
Cipta., Jakarta.
Jurnal
Indarti, Nurul dan Rokhima
Rostiani, 2008. “Intensi Kewirausahaan Mahasiswa:
Studi
Perbandingan antara Indonesia, Jepang, dan Norwegia”, Jurnal
Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, Volume 23 Nomor
4 hal 1-27.
Jahangir
Yadollahi Farsi, 2012. “The Impact of Opportunity Recognition Skills Training On Entrepreneurial Intention of Female Nursing Students”. Journal
of Knowledge Management, Economics and Information Technology.
Kirzner, I. M., 1997. “Entrepreneurial discovery and
the competitive market
process: An Austrian approach”. Journal
of
Economic Literature,
1997,
35(1):
60-85.
http://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/nizham/article/view/859
http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/TADIBUNA/article/view/574
Internet
http://sofyansauri.lecturer.upi.edu/publikasi/buku-buku
0 comments:
Posting Komentar