BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penelitian
dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang
ditujukan pada penyediaan informasi
untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus
dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode
penelitian,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini
harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Terdapat
dua hal utama yang memengaruhi kualitas dua hasil penelitian,yaitu kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitiian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrument dan kualitas
pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan unuk mengumpulkan
data. Oleh karena itu, instrument yang telah teruji validitas dan
realibilitasnya belum dapat menghasilkan data yang valid dan reliable, apabila
instrument tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.
Metode
pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak
dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya
melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan
lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan teknik
tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.
Dalam penelitian
ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka kita harus mengetahui
bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam penelitian itu, sehingga data yang
kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu.
Dan
dalam kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian
yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena
instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti. Instrumen itu alat,
sehingga instrumen penelitian itu merupakan alat yang digunakan dalam
penelusuran terhadap gejala-gejala yang ada dalam suatu penelitian guna
membuktikan kebenaran atau menyanggah suatu hipotesa-hipotesa tertentu.
Suatu
intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.
Untuk memperoleh instrumen yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung
validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan
instrumen.
Menyusun
instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi karena dengan
mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti. Oleh karena
itu, menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam prosedur
penelitian yang tak dapat dipisahkan antara yang satu terhadap yang lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk
menjaga kesinambungan data yang dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang
dibuat dalam rangka pengujian terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat.
Berkaiatan
dengan hal tersebut, pada pembahasan makalah ini akan diuraikan berbagai hal
terkait dengan metode pengumpulan data dan instrument penelitian. Pengumpulan data dapat dilakkan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada
setting alamiyah (natural setting),
pada laboratorium dengan metode eksperiment, dirumah dengan berbagai responden,
pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer ,dan sumber
skunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau
teknik pengumpulan data, maka tenik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview (wawancara), kuesioner (angket), Observai (pengamatan) dan gabungan
ketiganya.
Pada
bab ini hanya akan dikemukakan pengumpulan data berdsarkan terkniknya, yaitu
melalui wawancara, angket (kuesioner) dan observasi.
B.
Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang dapat dirumuskan dari pemaparan di atas , yaitu:
1)
Apa yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data?
2)
Apa saja macam-macam teknik pengumpulan data?
3)
Apa saja dan bagaimana teknik pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif
?
C.
Tujuan dan
Manfaat
1.
Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Teknik
Pengumpulan Data, dan mengetahi macam-macam Interview/wawancara, Kuesioner dan
Observasi
2.
Manfaat
Diharapkan kita dapat mempelajari tentang Teknik pengumpulan data dalam
Metodologi Penelitian Pendidikan dengan tujuan agar dapat menerapkan kebutuhan
dalam pembelajaran dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut
Jhonson & Christensen (2000: 126),
method of collection data is technique for physically obtaining data to be
analyzed in a research study. Metode
pengumpulan data diartikan sebagai
teknik untuk mendapatkan data secara fisik untuk dianalisis dalam suatu studi
penelitian.
Pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat
dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting),
pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden,
pada datanya, maka pengumpulam datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara
atau teknik pengumpulan data.
Metode
pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak
dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya
melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan
lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan teknik
tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.
Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan
data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling
tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable.
Terdapat dua
hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas
instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas
pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid atau reliabel,
apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan
datanya. Untuk mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data kuantitatif dan
kualitatif maka akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya.
Dalam suatu
penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap yang sangat menentukan
terhadap proses dan hasil penelitian yang akan dilaksanakan tersebut. Kesalahan
dalam melaksanakan pengumpulan data dalam satu penelitian, akan berakibat
langsung terhadap proses dan hasil suatu penelitian.
Dan data yang dikumpulkan
dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan
yang telah dirumuskan, karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam
mengambil kesimpulan, data yang dikumpulkan haruslah data yang benar. Agar data
yang dikumpulkan baik dan benar, instrument pengumpulan datanya pun harus baik.
Pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai
sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (natural seting), pada
laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan
lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner
(angket), observasi (Sugiyono, 2017: 193-194)
A.
Interview ( wawancara)
Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan menemukan permasalahan yang harus di teliti, dan juga apabila
penneliti ingin mengetahui hal-hal responden yang leih mendalam dan jumlah
respondenya yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil. Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self –report,atau setidanya-tidaknya
pada pengetahuan dan tau keyakinan pribadi . Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan
bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode
interview dan juga kuesioner (anggket )adalah sebagai berikut.
1. Bahwa subyek (responden) adalah yang paling tahu tentang
dirinya sendiri
2. Bahwa apa yang dinyatakaan oleh subyek kepada peneliti
adalah benardan dapat di percaya
3. Bahwa interprensi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan
yang di ajaukan peneliti kepdanya adalah
sama dengan apa yang di maksud peneliti.
Wawancara dapat dilakukan
secara tersetruktur maupun tidak
terstruktur maupun tidak
terstruktur , dan dapat dilakukan secaratatap muka ( face to face) maupun dengan menggunakan telepon.
1.
Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur
digunakan sebagai pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena
itu dalam melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanaan-pertanyaan tertulis yang alternative
jawabanya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dengan pengumpulan data mencatanya.
dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data. supaya setiap pewawancara
mempunyai keterampilan yang sama, maka di perlukan training kepada calon
pewawancara.
Dalam melakukan wawancara,
selain harus membaca instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul
data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur
dan material lain yang dapat membantu pelaksanaaan wawancara menjadi lancar.
Peneliti bidang pembangunan misalnya, bila akan melakukan penelitian untuk
mengetahui responmasyarakat, maka perlu membawa foto-foto dan brosur tentang
berbagai jenis pembangunan yang telah dilakukan, misalnya pembangunan yang
telah dilakukan. Misalnya pembangunan gedung sekolah, bendungan untuk pengairan
sawah sawah, pembangunan pembangkit tenaga listrik dan lain-lain.
Berikut ini di berikan
contoh wawancara terstruktur, tentang tanggapan masyarakat terhadap berbagai
pelayanan pemerintah kabupaten tertentu yang di berikan kepada masyarakat. Pewawancara
melingkari salah satu jawaban yang di berikan responden.
1.
Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan pendidikan di kabupaten ini?
a.
Sangat Bagus
b.
Bagus
c.
Tidak bagus
d.
Sangat tidak bagus
2.
Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu tentang pelayanan bidang kesehatan di
kabupaten ini?
a.
Sangat Bagus
b.
Bagus
c.
Tidak bagus
d.
Sangat tidak bagus
3.
Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan bidang transportasi
Kabupaten ini?
a.
Sangat jelek
b.
Jelek
c.
Bagus
d.
Sangat Bagus
4.
Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan urusan KTP Kabupaten
ini?
a.
Bagus sekali
b.
Bagus
c.
jelek
d.
Sangat jelek
5.
Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan penerangan jalan
dikabupaten ini?
a.
Sangat Baik
b.
Baik
c.
Tidak baik
d.
Sangat tidak baik
6.
Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan saluran di kabupaten
ini?
a.
Sangat jelek
b.
Jelek
c.
Bagus
d.
Sangat Bagus
7.
Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan bidang keamana di
kabupaten ini?
a.
Sangat Bagus
b.
Bagus
c.
Jelek
d.
Jelek sekali
8.
Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan bidang sarana dan
prasarana jalan di kabupaten ini?
a.
Sangat Baik
b.
Baik
c.
Jelek
d.
Sangat jelek
9.
Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan rekreasi di kabupaten
ini?
a.
Sangat memuaskan
b.
Memuaskan
c.
Tidak memuaskan
d.
Sangat tidak memuaskan
10. Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan air
minum dikabupaten ini?
a.
Sangat Bagus
b.
Bagus
c.
Jelek
d.
Sangat Jelek
2.
Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak testruktur, adalah wawancara yang bebas
diman peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk menggumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa grs-garis besar pedoman wawancara yang di gunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dinyatakan.
Contoh:
Bagaimanakah pendapat bapak/ibu terhadap kebikjakn
pemerintah terhdap perguruan tinggi berbadan hokum? Dan bagaiana peluang
masyarakat miskin dla memperoleh pendidikn tinggi yang bermutu?
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunsksn
dlam penelitian pendahuluan atau malahan ntuk penelitin yang lebih mendalam
tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan
informasi awal tenang berbagai isu atau permsalahan yang ada pada obyek,
sehingga peneliti dapat menemukan secara pasti permasalahan atau variabel apa
yang harus di teliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih
lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang
mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek , misalkan akan melakukan
penelitian tentang iklim kerja perusahaan
maka dapat dilakukan wawancara dengan pekerja tinggkatan bawah
supervisor, dan manajer.
Untuk mendapatkan
informasi yang lebih mendalam tentang responden, maka penelii dpat juga
menggunakan wawancara tidak terstruktur . misalnya sesorang yang dicurigai
sebagai penjahat, maka peneliti akan melakukan wawancara tidak terstruktur
secara mendalam, sampai diperoleh keteragan bahwa orang tersebut penjahat atau
bukan.
Dalam wawancara tidak
terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data-data apa yang telah
diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yangdi ceritakan
oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawban dan esponden
tersebut, maka penelti dapat mengajukan berbagai petanyaan berikutnya yang
lebih terararah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara peneliti dapat
menggunakan cara “ Berputar-putar baru menukik” artinya pada awal wawancara,
yang dibicarakan adalah hl-hal yang tidak terkait dengan tujuan, dan bila sudah
terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera
ditanyakan.
Wawancara baik yang
dilakukan dengan face to face maupun
yang menggunakan pewat telepon, akan selau terjadi kontrak pribadi, oleh karena
itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapt memilih waktu
yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara. Pada saat responden
sedang sibuk bekerja, sedang mempunyi masalah berat, sedang memulai istirahat
sedang tidak sehat, atau sedang marah, maka harus hati-hati dalam melakukan
wawancara. Kalau dipaksa wawancara dalam kondii seperti itu, maka menghasilkan
data yang tida valid dan akurat.
Bila responden yang akan
diwawancarai telah ditentukan oranya, maka sebaiknya sebelum melakukan
wawancara, pewawancara minta waktu terlebih dahulu, kapan dan dimana bisa melakukan wawancara. Dengn cara
in, maka suasan wawancar akan lebih baik, sehingga data yang di peroleh akan
ebih lengkp dan valid.
Informasi atau data yang
di peroleh dari wawancara sering bias,. Bias adalah menyimpang dari yang
serusnya, sehingga dapat diyatakan data tersebut subyekyif dan tidak akurat. Kebiasaan data ini akan tergantung pada
Pewawancara, yang diwawancarai (responden) dan situasi & kondisi ada saaat
wawancara. Pewawancara yang tidak pada posisi netral, misalnya ada maksud
tertentu, diberi seponsor akan memberikan interpretasi data yang berbeda dengan
apa yang disampaikan oleh responden. Responden akan memeberi data yang bias,
bila responden tidak dapat menangkap dengan jelas apa yang dinyatakan peneliti
atau pewawancara. Oleh karena peneliti jangan memeberikan pertanyaan yang bias.
Selanjutnya situasi kondisi seperti yang telah di kemukakan di atas,
sangatmempengaruhi proses wawancara, yang pada akhirnya juga akan mempengeruhi
validitas data.
B. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
dilakukan dengan cara memberi seoerngkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu
apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok
digunakan bila jumlah responden cukup besar dan terbesar di wilayah yang luas.
Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertuup dan terbuka, dapat
diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau
internet.
Bila peneliti dilakukan
pada lingkup yang tidak terlalu lua, sehingga kuesioner dapat diantarkan
langsung dalam waktu tidak terllu lama, maka pengiriman angket kepada responden
tidak perlu melalui post. Dengan adnya kontak langsungantara peneliti dengan
responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden
dengan sukarela akan memberikan data obyektif yang dan cepat.
Uma sekaran (1992)
mengemukakan beberapa perinsip dalam penuliasan angket sebagai teknik
pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan , pengukuran
dan penampilan fisik.
Prinsip ini
menyangkutbeberapa factor yaitu: ini dan tujuan pertanyaan, bahasa yang
digunakan mudah, pertanyaan ertutup terbuka-negatif positif, petanyaan tidak
mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan,
panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
a.
Isi dan Tujuan Pertanyaan
Yang dmaksud disini adalah, apakah isi
pertanyaan tersebut merupkan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran,
maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disususn
dalam sekala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel
yang teliti.
b.
Bahasa yang Digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner
(angket) harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau
sekiranya responden tidak dapat berbahas Indonesia, maka angket jangan disusun
dengan bahasa indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus
memperhatikan jenjang pendidikan responden keadaan sosial budaya, dan “ frame of reference” dari responden.
c.
Tipe dan Bentuk Pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angketdapat
terbuka atau tertutup (kalau dalam wawancara : terstruktur dan tidak
terstruktur) dan bentunya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
Petanyaan terbuka, adalah pertanyan yang
mengharapkan responden untuk menuliskan jawabanya berbentuk uraian tenang
sesuatu hal. Contoh: bagaimanakah tanggapan andaterhadap iklan-iklan di TV saat
ini? Sebaliknya pertnyn tertutup, adalah pertnyaan yang mengharapkan jawaban
singkat atau mengharapan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban
dari setiap pertnyaan yang telah tersedia. Setiap pertnyaan angket yang mengharapkan
jawaban bentuk data nominal, ordinal,
interval, dan ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup akan membantu
responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan
analisis data terhadap seluru angket yang telah terkumpul.
Pertanyaan/pernyataan dalam angket perlu dibuat kalimat positif dan negative
agar responden dalam memberikan jawaban setiap pertanyaan lebih serius, dan
tidak mekanistis.
d.
Pertanyaan tidak Mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan
mendua (double barreled) sehingga
menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
Contoh:
Bagaimana pendapat and tentang kualitas dan
relavansipendidikan saat ini? Ini adalah pertanyaan ang mendua, karena mennyaan
tentang dua hal sekaligus yaitu kualitas dan relavansi. Sebaiknya pertanyaan
tersebut dijadikan menjadi duayaitu: bagaianakah kualitaspendidikan ?
bagaimanakah relavansi pendidikan?
e.
Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam istrumen angket,
sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa,
atau pertanyaan yang memelukan jawaban dengan berfikir berat.
Contoh:
Bagaimanakah kualitas pendidikan sekarang bila
dibandingkan dengan 30tahun yang lalu? Menurut anda, bagai manakah cara
mengatasi krisis ekonomi saat ini? (kecuali penelitian yang mengharapkan
pendapat para ahli). Kalau misalnya umur responden yang diberikan angket baru
25 tahun, dan pendidikanya rendah, maka akan sulit memberikan jawaban.
f. Pertanyaan tidak Menggiring
Pertanyaan dalam angket
sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja tau ke yang jelek
saja misalnya: Bagaimanakah prestasi belajar anda selama disekolah dulu? jawaban
responden tentu cenderung akan menyatakan baik. Bagaimanakah prestasi kerja
anda selama setahun terakhir? Jawabanya akan cenderung baik.
g.
Panjang pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket sebaiknya
tidak terlalu panjang sehingga akan membuat jenuh responden daam mengisi. Jika
jumlah variabel banyak sehingga memelukan instrument yang banyak maka
instrument tersebut dibuat bervariasi dalampenampilan, model skala pengukuran
yang digunaka, dan caa mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang menandai
adalah antara 20 s/d 30 pertanyaan.
h.
Urutan Pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai
dari yang umum menuju ke hal yang spesifik,
atau dari yang mudah menuju ke hal yang lebih sulit, atau dia acak. Hal ini
perlu di pertimbangkan karena secara psikhologis akan mempengaruhi semangat
responden untuk menjawab. Kalau pada awalnya sudah diberi pertanyaan yang sulit
atau yang spesifik, maka responden akan patah semangat untuk mengisi angket
yang telah mereka terima. Untuk pertanyaan yang di acak perlu dibuat bila
tingkat kematangan responden terhadap masalah yang dinyatakan sudah tinggi.
i.
Perinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden
adalah merupakan instrument penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel
yang akan diteliti. Oleh karena itu istrumen angket tersebut harus dapat
digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliable, maka perlu diuji
validitas dan reliabilitas terlebih dulu. Instrument yang tidak valid dan
reliable bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang
tidak validdan reliable pula.
j.
Penampilan Fisik Angket
Penampilan fisik angket sebagai alat
pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusn responden dalam mengisi
angket.angket yangdibuat di kertas buram, akan mendapat respon yangkurang
mnarik bagi responden, bila dibandingkan angket yang dicetak dalam kertas yang bagus
dan berwarna.tetapi angket yang dicetak di kertas yang bagus dan berwarna akan
menjadi mahal.
C. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lai, yaitu
wawancaa dan kuesioner.kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi
dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obye-obyek
alam lain.
Sutrisno Hadi (1996) mengemukakan bahwa, observasi merupkan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
pskhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan.
Teknik pengumpulan data dengan
observasidigunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala gejala alam dan bilaresponden yang di amati tidak terlalu besar.
Dari segi proses pelakanaan pengumpulan
data, observasi dapat dibedakan menjadi participant
observation (observasi berperan serta) dan non participant observation,
selanjutnya dari segi instrumentasi yang di gunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tida terstruktur.
1.
Observasi berperanserta (participant observation)
Dalam
persentasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melkukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan
ikut mersakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang di
peroleh akan lebih lengkp, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari
setiap prilaku yang nampak.
Dalam
suatu perusahaan atau organisasi pemerintah misalnya peneliti dapat berperan
sebagai karyawan, ia dapat mengamati bagai mana perilaku karyawan dalam
bekerja, bagaimana semangagat kerjanya, bagaimana hubungan satu karyawan dengan
karyawan lain, hubungan karyawan dengan supervisor dan pimpinan, keluhan dalam
melakukan pekerjaan dan lain-lain.
2.
Observasi Nonpartisipan
Kalau
dalam observasi partisipn peneliti terlibat langsung dengan aktifitas
orang-orang yang sedang diamati, makadalam observasi nonpartisipan peneliti
tidak terlibat dan hanya sebag ipengamat independen. Misalnya dalam suatu
tempat pemungutan suara (TPS), peneliti dapat mengamati bagaimana prilaku
masyarakat dalam hal menggunakan hakpilihnya, dalam interaksi dengan panitia
dan pemilih yang lain. Peneliti mencatat menggunakan dan selanjutnya dapat
membuat kesimpulan tentang prilaku masyarakat dalam pemilihan umum. Pengumpulan
data dengan observasi non partisipan ini tidak akan mendapatkan dua yang
mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik
prilaku yang tampak, yang terucap dan yang tertulis.
Dalam
suatu proses produkdi, peneliti dapat mengamati bagai mana mesin-mesin bekerja
dalam mengolah bahan baku, komponen mesin mana yang masih bagus dan yang kurang
bagu, bagaiman kualitas barang yang dihasilkan,dan bagai man performance tenaga kerja atau oprator
mesinya.
a.
Observasi terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi
yang telah dirancang secara sitematis, tentang apa yang akan di amati, kapan
dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti
telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji
validitas dan realibilita. Pedoman wawancara terstruktur, atau angkettertutup
jga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi. Misalnya peneliti akan
melakukan pengukuran terhadap kinerja pegawai yang bertugas daam pelayanan IMB
(Ijin Mendirikan Bangunan), maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dan
ucapan dengan menggunakan instrument yang digunakan untuk mengukur kinerja
karyawan tersebut.
b.
Observasi Tidak Tersetruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi
yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan di observasi.
Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan
diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak mnggunakan instrument yang
telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Dalam suatu pemeran produk industri dari
sebagi Negara, peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu
peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik,
melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada bab ini penulis
hanya memperkenalkan atau memaparkan pengumpulan data berdasarkan
tekniknya yaitu melalui wawancara, angket,dan observasi.
Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondenya sedikit. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya.
Penulis
mendefinisikan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Untuk mengemukan beberapa prinsip dalam penulisan angket,
Prof. Sugiyono menggunakan prinsip yang dikemukakan oleh Uma Sekaran
(1992) yaitu prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip
penulisan angket menyangkut bebrapa faktor yaitu isi dan tujuan
pertanyaan,bahasa yang digunakan, tipe dan bentuk pertanyaan, pertanyaan tidak
mendua, tidak menanyakan yang sudah lupa, pertanyaan tidak menggiring, panjang
pertanyaan, urutan pertanyaan, prinsip pengukuran dan penampilan fisik angket.
Penulis
mendefinisikan obsevase menurut pendapat Sutrisno Hadi (1986) yaitu suatu
proses yang kompleks suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis
dan psihologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses – proses
pengamatan dan ingatan. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data,
observasi dapat dibedakan menjadi participant observation dan observasi
nonpartisipan. Dalam observasi participant, peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari – hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sedangkan obsevasi nonpartisipant peneliti terlibat langsung dengan
aktivitas orang - orang yang sedang diamati maka dalam obsevasi
nonpartisipant peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, B. &
Larry Christensen. (2000). Educational
Research, Quantitative and Qualitative Approaches. USA. Allyn and Bacon.
MacClave, James T. &
Sincich, Terry. (2000). Statistics. USA.
Prentice-Hall
McMillan, J.H. &
Sally Schumacher. (2010). Research in
Education, Evidence- Based Inquiry.
USA. Pearson.
Mertens, Dona M.
(2010). Research and Evaluation in Education and Psychology. USA. Sage Publication.
Scheaffer, Richard L.
(1986). Elementary Survey Sampling. USA. PWS Publisher.
Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2017.
Suryabrata, Sumadi,
Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo, 2008.